⚠️Happy reading⚠️
..
.
Rasya pulang, seperti niatnya tadi, ia akan pergi ke makam Zava dan Guntur, sekedar untuk mencurahkan isi hati Rasya.
Taksi yang di pesan Rasya datang, Rasya segera masuk dan taksi melesat pergi meninggalkan depan sekolah.
Seseorang melihat itu mengikuti Rasya menggunakan mobilnya. "Dia pergi ke makam?" gumam orang itu bertanya.
Di taksi, Rasya diam, memandang jalanan yang basah, hujan mulai turun dengan rintiknya. "Kenapa kalian jauhin Rasya?" gumam Rasya menatap jendela taksi kosong.
"Maaf," hanya kata maaf yang Rasya ucapkan walau tidak ada yang mendengar.
Rasya tidak sadar jika sudah sampai di pemakaman. "Mbak sudah sampai," ujar sopir taksi memberitahu.
Rasya tersentak. "Ah, iya Pak, ini uangnya," ia memberikan uang dan keluar dari taksi.
Kaki jenjangnya yang tertutup rok panjang melangkah memasuki area pemakaman, gundukan tanah berjejer rapi, hingga langkahnya terhenti di depan dua gundukan tanah dengan nama Zava Danella dan Guntur Prakasa.
Rasya berjongkok di antara dua gundukan itu, lebih tepatnya di tengah dua makam itu.
"Assalamu'alaikum, Mama Papa," Rasya mulai berdoa sejenak.
Selesai berdoa, Rasya mengusap nisan kedua orang tuanya sayang. "Mama, Papa, Aza pengen ketemu kalian," ujarnya pelan menahan air mata yang siap tumpah.
"Mereka jahat sama Aza, hiks mereka gak suka Aza," cerita Rasya.
"Aza di jauhin tanpa sebab Ma, Pa, Aza pengen pergi hiks," air mata yang ia tahan akhirnya tumpah, Rasya menangis.
Bahu Rasya bergetar. "Aza capek, Aza mau nyerah, Aza pengen sama kalian hiks," tangisnya semakin menjadi.
Hujan ikut turun dengan deras, seakan tahu jika Rasya tengah bersedih. Menimpa Rasya yang tengah menangis di tengah keheningan makam, Rasya butuh pelukan, butuh penenang.
Rasya rapuh, Rasya lemah, Rasya tidak sekuat apa yang mereka lihat. Ada tangisan pilu yang Rasya sembunyikan selama ini.
Senyuman itu palsu, keceriaan itu palsu, Rasya benar-benar hancur mental.
Rasya mencurahkan semua yang menjadi pikirannya, tidak memperdulikan hujan yang mengguyur tubuhnya.
"Aza salah apa sama mereka hiks, Aza pengen bahagia, Aza pengen di sayang Oma, Aza pengen di temani banyak orang, hiks," tangis Rasya terdengar pilu.
Lama menangis, asma Rasya menunjukkan gejala, ia menyudahi bercerita dan beranjak untuk pergi dari sana.
Rasya pulang dengan keadaan basah kuyup, mata sembab, dan bahu yang bergetar karena isak tangis Rasya masih tersisa.
Seseorang terus mengikuti Rasya, ia ingin menolong namun tidak bisa ia mengikuti Rasya yang berjalan kaki pulang.
Sesekali Rasya mengusap lengannya bertanda ia kedinginan. "Maafin gue, maaf. Gue akan selesaiin ini." gumam seseorang melihat Rasya dengan tatapan sendu dan kosong menatap jalanan penuh genangan air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Herida Eterna (END)
Teen FictionBudayakan Follow sebelum membaca! -𝙻𝚞𝚔𝚊 𝚑𝚊𝚝𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚓𝚞𝚗𝚐 𝚊𝚋𝚊𝚍𝚒 Dikucilkan keluarga nya kecuali kakak pertamanya, kehilangan kedua orang tuanya sejak kecil lebih tepatnya kehilangan sosok Ibu saat dia lahir dan kehilangan sosok pah...