HE - 10

731 72 21
                                    

⚠️Budayakan menghargai usaha seseorang. Vote dan koment! Saya tidak menerima siders di cerita saya⚠️
Happy reading
.

.

.

"𝙻𝚞𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚜𝚊𝚔𝚜𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚒𝚗𝚍𝚊𝚑 𝚊𝚗𝚝𝚊𝚛𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚍𝚊𝚗 𝙾𝚖𝚊. 𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚎𝚛𝚒 𝚑𝚊𝚍𝚒𝚊𝚑 𝚝𝚎𝚛𝚋𝚊𝚒𝚔 𝙾𝚖𝚊, 𝚁𝚊𝚜𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚊𝚢𝚊𝚗𝚐𝚒𝚖𝚞."

Dua hari lamanya Rasya rawat inap di rumah sakit, bekas luka di pelipisnya masih terlihat hanya saja sedikit memudar.

Punggungnya masih sedikit merasakan nyeri dan sakit. Namun ia abaikan.

Hari ini Rasya di perbolehkan pulang dengan syarat tidak boleh terlalu lelah dan tidak boleh terlambat minum obat.

Ergra tidak bisa mengantarkan pulang karena ada urusan mendadak, hingga mengharuskan Ayu mengantarkan dan menemani Rasya pulang.

"Aza udah bener-bener sehat?" tanya Ayu.

Rasya mengangguk. "Udah kak, besok Aza mau sekolah ya," izinnya.

Ayu menggeleng tegas. "Gak, nanti kamu kambuh lagi," tolaknya.

Wajah Rasya memelas. "Aishh, kakak ayolah, Aza udah gapapa." bujuknya.

"Gak kamu belum sembuh total!" bantah Ayu.

"Janji deh gak pulang luka-luka lagi," janji Rasya sedikit ragu.

"Janji?"

Rasya mengangguk cepat, walaupun di hatinya sedikit ragu. "Iya kakak," gemas Rasya tersenyum datar.

"Oke, asal gak luka dan obatnya harus di bawa," putus Ayu.

Rasya tersenyum lebar dan memeluk Dr. Ayu erat. "Makasih mwahhh," ia mengecup pipi Ayu.

Tak terasa taksi yang mereka tumpangi sampai di depan rumah keluarga Prakasa.

Mereka berdua berbicara di taksi, hingga saat sudah sampai mereka tidak sadar. Selesai mengeluarkan barang-barang dari bagasi Rasya dan Ayu masuk ke rumah keluarga Prakasa.

Setelah membayar, Ayu menuntun Rasya masuk. Rasya dalam langkahnya terdapat keraguan, ia takut jika nanti akan terkena imbas dari kakak maupun Omanya.

Genggaman di tangan Ayu mengerat, merasakan Rasya gugup.

"Rileks Aza, kakak bantu menjelaskan ke mereka nanti," tenang Ayu.

Herida Eterna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang