HE - 20

675 59 18
                                    

⚠️Happy Reading⚠️
.

.

.

"RASYA BANGUN ANAK SIALAN!" Kirana menyiram Rasya yang meringkuk di lantai dengan air dingin.

Rasya tersentak dan segera bangun. "I-iya bi," ujarnya lemah.

"Cepat bangun dan masak untuk kita!" ujarnya memerintah.

Rasya bangkit. "Mbok Ina kemana bi?" tanya Rasya hati-hati.

"BANYAK TANYA LO YA BURUAN!" bentak Meuva yang datang di belakang Kirana.

Rasya segera naik ke kamar dan membersihkan badan lalu segera turun untuk memasak.

Rasya sebenarnya merasa tidak enak badan, kepalanya berdenyut, dadanya sesak. Sebisa mungkin ia tahan.

Rasya memasak nasi goreng, setelah ia sajikan, Rasya naik ke kamarnya untuk berganti pakaian dan berangkat sekolah. Tak lupa ia membawa inhaler untuk antipasi.

Sebelum turun, Rasya memakai nebulizer sebentar, guna menetralkan rasa sesak di dadanya.

Setelah selesai barulah Rasya turun dan berangkat. "Oma, A-aza izin berangkat," pamit Rasya tidak mendapat jawaban.

Rasya menghela nafas, ia berjalan pelan dan meninggalkan ruang keluarga. Rasya sudah memesan taksi, ia tidak perlu menunggu lama.

Di perjalanan, Rasya diam, memandang jalanan kota yang masih sepi, ia berpikir apa yang harus ia lakukan. "Apa yang harus aku lakuin," ujarnya.

"Opa sama abang belum pulang," lanjutnya.

Memang Opa dan Ergra tengah pergi, ada suatu urusan yang harus mereka lakukan.

Taksi berhenti di dekat gerbang sekolah, Rasya segera masuk, pandangannya menunduk, tidak berani menyapa karena tatapan mereka yang terkesan acuh.

Rasya menghela nafas, saat ia melewati segerombolan kakak kelas, kata-kata yang mereka lontarkan membuat hati Rasya tersayat.

"Gue gak nyangka sih, kalo dia ternyata jalang," ujar salah satu dari mereka dengan bandana merah seraya menatap Rasya jijik.

"Apalagi gue, gue kira dia anak baik, ternyata. Cover belum tentu sama kaya isinya," sahut yang lain berambut pirang.

"Udah tau penyakitan bukannya istirahat malah ngejalang,  timpal yang lain.

Rasya semakin menundukkan kepala, ia ingin menangis rasanya.

"Beban keluarga, gak tau diri lagi!" sarkas yang lain.

Rasya mempercepat langkahnya segera memasuki kelas, terasa berbeda.

Seseorang melihat itu tersnyum licik. "Gak bakal lama lagi lo menderita Rasya," desisnya.

Rasya duduk sendiri. Memandang papan tulis dengan tatapan kosong. Ia memikirkan siapa yang menyebarkan fitnah itu.

Rasya mengambil ponselnya. "Assalamu'alaikum," salam Rasya kepada orang di sebrang panggilan.

Herida Eterna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang