HE - 11

650 63 22
                                    

⚠️Budayakan vote dan koment! ⚠️
Happy reading
.

.

.

Adzan subuh berkumandang, burung kecil berkicau kesana-kemari, udara dingin menusuk kulit.

Lantunan pujian terdengar merdu, membangunkan gadis cantik dengan lebam di area pipi.

Mata indah dengan bulu mata lentiknya terbuka, mengerjap menyesuaikan cahaya lampu.

"Sshh," ringisnya.

"Kenapa Aza bisa ada di sini? Bukannya Aza tadi malam ada di lantai?" gadis itu Rasya yang terbangun dari pingsannya semalam.

Ia sekarang berada di ranjang kesayangannya. "Sssh, sakit banget," keluhnya memegang pelipisnya yang terdapat bekas luka yang masih baru namun tidak mengeluarkan darah.

"Ya Allah semoga Oma dan Kakak engkau beri hati yang terbuka," harap Rasya dan bergegas untuk mandi lalu sholat subuh.

Lima menit kemudian ia keluar dengan seragamnya yang rapi beserta hijab panjang menutup dada.

Rasya mulai menggelar sajadah dan memakai mukena nya. Berdiri tegap di ikuti tangan yang ia angkat untuk bertakbir kepada Sang Pencipta.

Allahu Akbar

Dalam sholatnya, untaian doa dan puji Rasya utarakan, kata maaf selalu ia katakan dalam hati kecilnya.

Di sujudnya ia menangis, mengadu kepada Tuhannya, Allah SWT. Mencurahkan segala isi hatinya, menceritakan apa yang ia alami dan meminta ampun kepada Tuhannya jika ia berbuat salah.

Setelah salam Rasya bergegas mengemasi tasnya dan segera turun ke bawah.

Masih terlalu pagi untuk keluarganya bangun, hanya ia dan maid yang sudah bangun. Lebih tepatnya Mbok Ina.

Rasya turun dengan senyuman, mencoba melupakan kejadian tadi malam yang cukup membuat fisik dan batinnya sakit. Hari ini ia harus semangat dan senang.

Membuat orang terdekatnya merasakan bahagia.

"Assalamu'alaikum Mbok Ina," sapa Rasya kepada Mbok Ina yang tengah memasak.

Mbok Ina berbalik. "Wa'alaikumsalam, non. Eh non Aza mau berangkat? Kan tadi malam habis kepleset toh? Nyonya yang beritahu saya," tanya Mbok Ina di balas tautan alis oleh Rasya.

Sekarang Rasya paham. "Iya Mbok, gapapa Aza udah baikan, Mbok Aza boleh minta tolong?" tanya Rasya.

"Angsal mawon nduk. Mau apa non?" tanya Mbok Ina.

Rasya tersenyum lembut. "Buatin Aza bekal boleh? Aza mau makan di sekolah aja takut mereka gak nyaman," jelas Rasya.

Mbok Ina mengangguk. "Angsal nduk, sebentar ya non Mbok buatkan," balas Mbok Ina.

Rasya tersenyum seraya mengangguk. Pipinya yang sedikit berisi membuat ia imut dan cantik secara bersamaan.

Tak lama Mbok Ina kembali dengan paperback berwarna coklat. "Ini non bekalnya, sudah Mbok Ina taruh obatnya non juga ya," ujarnya seraya memberikannya kepada Rasya.

Herida Eterna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang