Tinggal satu apartemen bersama dengan Ryxon Walsh menjadi sumber bencana bagi Ailee Dawson. Bagaimana penampilan lelaki tinggi itu terlihat begitu berantakan pada beberapa malam dengan luka-luka kecil di wajah, dan lebam di tubuh.
Berbagi apartemen...
*ੈ✩‧₊˚ Tinggalkan jejak vote dan komentar, Sweetie, love you!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
‿̩͙‿̩̩̥͙̽‿̩͙𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠, 𝐒𝐰𝐞𝐞𝐭𝐢𝐞‿̩̥̩‿̩̩̥͙̽‿̩
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perpustakaan menjadi tempat padat selain kantin sekolah. Jam makan Ailee sedikit bergeser saat tadi mendapatkan panggilan untuk mendokumentasikan latihan football. Setelahnya malas mendatangi Ailee. Membayangkan betapa ramai suasana kantin saja, membuat Ailee lebih memilih berdiam diri di perpustakaan.
Kedua manik biru itu memperhatikan dengan begitu lekat apa yang ditampilkan pada layar kamera. Ibu jarinya memencet tombol yang sama, setelah dalam selang beberapa detik untuk tiap gambar dalam pengamatannya.
Ekor mata Ailee menangkap keberadaan Ryxon tampak mencari sesuatu. Segera Ailee menutup wajahnya menggunakan buku, seakan membacanya. Tadi pagi ia kabur dari Ryxon yang menawarkan untuk berangkat bersama. Ailee masih kesal, tubuhnya lelah setelah membersihkan apartemen Ryxon.
Merasa dalam beberapa menit tak ada gangguan apa pun, Ailee memberanikan diri untuk menurunkan bukunya.
Senyuman menyebalkan yang sayangnya manis itu pertama kali tertangkap oleh netra Ailee. "I got you, Cookiee." Ryxon menyingkirkan buku yang menjadi penghalang interaksi keduanya.
"And I've got a bad day," gumam Ailee seraya memutar kedua bola matanya malas. Tentu hal itu tak luput dari pandangan sekaligus pendengaran Ryxon.
"Wait ..., Cookiee?" Kening Ailee berkerut, menuai kebingungan atas panggilan Ryxon padanya. Oh, apalagi itu.
Sebelah tangan Ryxon yang menggenggam kantong berwarna cokelat terangkat, lalu sedikit memutarnya. Kedua netra hazel-nya memaut lekat-lekat. "Ini, lo, bukan?"
