Jealousy

178 35 19
                                    

"Sa?"

"Hmm.."

"Kalo dipikir-pikir gokil ya?"

Hh, mulai..

Sasa melirik julid ke arah Helen, sahabatnya itu entah kenapa jadi super random akhir-akhir ini.

"Apanya??"

"Kita."

Kan, kan..

"Lo kalo ngomong bisa to the point aja nggak sih? Bikin kesel tau nggak?" sahut Sasa, setengah sensi setengah emosi.

"Santai dong, emosi kok tiap hari."

Sasa udah males banget kalo Helen udah mode super ngeselin kayak gini. "Yaudah apa? Gimana? Lo mau ngomong apa?"

"Enggak. Itu loh, dulu kan gue yang ngebet banget mau join UKM Radio Kampus biar bisa ngecengin kak Mikha—"

"Terus?" sela Sasa tidak sabar.

"Eh bukannya gue yang nyantol malah lo yang dapet cowok." jelas Helen sambil ketawa cantik.

Sasa sejenak membatin, Iya juga ya? 

Ia tertawa kecil, lucu memang kalau diingat-ingat. Terlebih ingatan soal Jeffrey yang dipanggil Rektor untuk kali keduanya karena lagi-lagi dengan sembarangan menggunakan ruang siar radio kampus untuk nyatain cinta ke Sasa untuk kali ketiganya. KALI KETIGANYA, catat itu.

Dan kini hampir satu semester terlewat tanpa sadar, enam bulan waktu dihabiskan bersama dengan peran sebagai sepasang kekasih. Time really flies so fast.

 

"Utang budi lo berarti sama gue.” celetuk Helen. Sasa manggut-manggut doang, males jawab.

Kemudian hening beberapa saat, dijeda untuk kedua gadis itu menyedot minuman cup nya atau sekadar mengecek ponsel. Lalu mendadak pertanyaan ini muncul di otak Sasa,

“Len, Len, kenapa deh bisa tiba-tiba putus kontak gitu sama Kak Mikha?”


Jujur Sasa sendiri juga masih bingung kenapa hubungan Helen dengan seniornya itu mendadak renggang, padahal sebelumnya dua sejoli itu sudah menunjukkan kemungkinan paling indah yang akan terjadi nantinya.

Namun yang terjadi malah Helen yang malam itu mendobrak pintu kamar kos Sasa dengan wajah sembab kacau dan menolak menjawab ketika ditanya kenapa. Lalu pada satu bulan berikutnya Helen sama sekali tidak menampakkan diri di UKM, dan Sasa yakin sekali penyebabnya adalah lelaki bernama Ardian Mikha itu.


“Males ah gue bahas itu.” air muka Helen berubah drastis, Sasa jadi nggak tega mau melanjutkan.

“Oke, nggak apa kalo emang belum mau cerita ke gue. Tapi yang jelas ya Len, gue nggak suka kalo lo jadi sering uring-uringan nggak jelas. Lo harus yakin sama keputusan lo. Udah ya selesai. Lanjut ya pertahanin. Jangan sampai lo nyesel nantinya.” Sasa bukan maksud sok menggurui, Ia hanya menyuarakan apa yang ada di kepalanya.

[✔] NUMBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang