Hari Melelahkan Lainnya

317 56 10
                                    

Sasa tidak bisa lagi menyembunyikan gelisahnya, kedua telapaknya kembali berkeringat, pun benda di dalam dadanya yang semakin bertalu kencang seiring Audy hitam milik Jeffrey yang mulai memasuki gedung. Dirinya belum siap. Tentu saja.

Ada yang perih di dalam dada Sasa saat membaca tulisan-tulisan pada karangan bunga yang berjejer rapi disepanjang jalan.

Tiffany & Hendra



Hhh.. Bener bukan mimpi ya?

Ma, Sasa harus gimana nanti kalau ketemu Papa?



Sasa memejam menahan genangan di pelupuk matanya. Sampai kemudian Ia merasakan usakan lembut pada jemarinya.

Jeffrey, tentu saja.

Lelaki itu tersenyum begitu hangat padanya, terus menyalurkan kekuatan dan meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.

Tidak tau juga kenapa Sasa jadi ingin menangis sekarang. Ia menunduk dalam saat tubuhnya ditarik lembut untuk merapat pada dada bidang Jeffrey.

"Kalau mau nangis di sini aja." tuturnya lembut.

Menelan habis isak yang nyaris ambrol oleh pertahanan, Sasa lantas mendongak dan tersenyum.

"Ayo."

Jeffrey memiringkan kepala. "Yakin?"

Sasa mengangguk mantap. Jeffrey tersenyum sekali lagi tepat didepan wajah Sasa, sepertinya enggan untuk menjauh setidaknya sedikit.

Sasa berkedip-kedip gugup. "Udah dong, jangan diliatin terus!" gerutunya sambil tersipu.

Jeffrey kontan terkekeh. "Kenapa sih? Kan gak aku apa-apain."

"Munduran ish!"

Bukannya menjauh, Jeffrey malah makin mencondongkan wajahnya. Makin gencar untuk menggoda gadis Alysa ini.

Panik, Sasa dengan refleks menutup mata. Jantungnya serasa ingin meledak saat itu. Tapi semua hal kotor yang ada dipikirannya tidak terjadi.

Perlahan Sasa kembali membuka kelopak matanya. Sama sekali tidak siap saat Jeffrey mendadak maju mengikis habis jarak mereka, meraup bibir tipisnya untuk dirangkum dengan lembut.

Berani bersumpah Sasa nyaris pingsan saat ini. Apalagi Jeffrey masih enggan untuk menyudahi. Sasa bisa melihat dengan sangat jelas lelaki itu memejam tepat didepan wajahnya. dAMN!

Berterima kasihlah mereka dengan kaca mobil satu arah ini dan basement yang tidak begitu ramai.

Tubuhnya meremang hebat saat bibir hangat Jeffrey mengecup sekilas miliknya sebelum melepas tautan mereka.




Hening



Jeffrey membuka mata, lalu tanpa bicara mengelus sisi kepala Sasa sambil tersenyum lantas keluar mobil, memutari kap dan membukakan pintu untuknya. Sasa seperti masih bermimpi sekarang.

"Mari, tuan putri." ujar Jeffrey dengan tangan terulur. Seolah tidak ada yang terjadi barusan ini.

Sasa menerima uluran tangan itu dengan diam. Tolong ingat jantungnya masih berdisko didalam sana.

"I bet that's your first, right?" kekeh Jeffrey tepat ditelinga Sasa.
















Sialan!



































[✔] NUMBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang