Portal

354 68 17
                                    

Jeffrey membuang rokoknya yang masih tersisa setengah dan menginjaknya tatkala melihat sosok judes itu tengah berjalan beriringan dengan Helena.

Mangamati dari belakang seperti ini, Jeffrey jadi sadar kalau Sasa ternyata sekurus itu. Bahunya sempit, tingginya lumayan, rambut panjang yang di cat cokelat, eum.. Apa lagi?


Ah iya, wajah jutek—

"Awh, maaf maaf!"

Jeffrey sebenernya juga kaget dengan pergerakan tiba-tiba cewek itu. Belum sempat menyahut karena Sasa langsung berlari tak menggubrisnya lagi.

Pada wajah tanpa ekspresi itu, Jeffrey melihat binar kecil dimatanya.

"Kak Jef—"

"Bilangin Mikha, gue cabut ada urusan."

....pada sorot mata itu, Jeffrey melihat sisa harapan yang nantinya bisa saja dipatahkan.

Dan dugaannya tepat, binar itu hilang manakala Sasa menyeruak keluar dari restoran. Terlebih saat tahu ke mana tujuan Sasa setelahnya.

Benar, pemakaman.

Jeffrey sepenuhnya tidak paham. Yang jelas hatinya terhenyak begitu melihat Sasa bersimpuh seraya menutup wajah di samping makam seseorang, tubuhnya gemetar, Jeffrey yakin gadis itu sedang menangis hebat.

Tidak mengerti juga kenapa sudut hatinya terasa nyeri. Seperti ikut merasakan sakit yang melingkupi si gadis, padahal kenyataannya dirinya tak tahu apa-apa.

Lelaki itu diserang dilema. Ia ingin menemui Sasa untuk sekedar memberi usapan singkat pada punggung dan bahu sempitnya. Namun ketika Ia sudah menentukan pilihan, langkahnya tertahan sebab benda persegi di sakunya terus bergetar sejak tadi.

"Tck!"

7 messages, 1 missed call. Semua Dari Mikha.

Ah, fuck!

Perasaannya nggak enak.

"Heh, nyet! Kemana lo?! Si Viki sama Wisaka ngamuk-ngamuk, anjing! Suruh pada kumpul semua, mana si Elang nggak ada. Anjing stress gue!"

Nah kan..

Jeffrey mengusap wajah, frustasi sendiri. "Iye gue ke situ bentar lagi. Cari si Jovan sama Juned dulu."

Pemuda itu mengangkat wajah. Bimbang apakah harus tetap di sini mengikuti kata hati, atau pergi mengikuti kebajikan otaknya.

Dan Jeffrey memilih opsi kedua.

Meski tiga hari kemudian cowok itu sibuk uring-uringan nggak jelas. Bawaannya kepengin minggu depan mulu, biar bisa ketemu Sasa, coret, kumpul UKM maksudnya.

Tapi sepertinya Dewi Fortuna memang lagi sayang banget sama cowok ini. Setelah tadi kelas kosong, sekarang yang diharap-harapkan sejak kemarin muncul jua. Sasa, dengan muka jutek bodoamatnya di depan vending machine kantin.

Jeffrey yang sedang duduk di atas motor langsung menyimpan vapornya dan melompat turun.

"Lah lah? Mau kemana??" tanya Mikha yang baru kembali dari membeli sprite.

[✔] NUMBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang