Perkara Soto dan Es Kopi

356 68 15
                                    

"Satu, pak."

"Satu ya, pak."

Jeffrey refleks mendongak, kaget juga penasaran dengan oknum yang baru saja mengucapkan kalimat yang sama dengannya.

Eh???

Dia lagi?

Iya, dia lagi.

Cewek judes yang—sempat Jeffrey pergoki sedang fokus liatin dia didepan kelas tadi—sekarang berdiri disisi lain gerobak soto dari tempatnya berdiri.

Bisa Jeffrey lihat kalau Alysa ini juga sempat kaget melihatnya tapi buru-buru melengos.

"Saya duduk sana ya pak."

Gitu katanya sambil menunjuk asal deretan bangku di depan gerobak. Dan menurut insting Jeffrey, si Sasa ini sengaja lewat jalan yang nggak perlu papasan dengan dirinya lalu memilih meja kosong paling ujung.

Bukan gimana, tapi kok... lucu?? Sengaja banget gitu menghindar.

"Mang? Ini pesenan saya sama mbak nya tadi?" tanya Jeffrey tiba-tiba, menunjuk dua mangkok soto yang sedang diisi kuah oleh Mang Roni.

"Heeh, mas nya duduk mana?"

Jeffrey diam sejenak. Lalu tiba-tiba aja nyeletuk, "Biar saya aja mas yang bawa. Ini sekalian uang nya. Dua."

Dengan membawa nampan berisi dua mangkok soto semarang, Jeffrey sudah bisa membayangkan bagaimana ekspresi Sasa ketika melihat dirinya.

Gotcha! ekspresi itu. Kaget tapi masih kelihatan banget judes ketusnya.

"Kosong kan?" tunjuknya pada kursi didepan Sasa dengan dagu dan langsung mendudukinya, tanpa menunggu respon si lawan bicara.

Sasa ini masih diam dan terus menatapnya. Jeffrey jadi penasaran apa isi kepala cewek ini tentangnya.

'Anjir ganteng banget kak Jeffrey!' oke ini gak mungkin.

'Mimpi apa gue semalem bisa ketemu—' gak gak, itu apalagi.


Emm...

"Nggak dimakan?"

Jeffrey tersentak, "Ha? Oh! Iya.."

Malu sih, dikit, tapi tetep harus stay cool. Jeffrey berusaha fokus makan, tapi susah, ada dorongan besar dari hatinya buat ngajakin cewek ini ngobrol.

"Payung lo masih digue."


Apa Jef??? Ini kalo Jovan denger pasti langsung menghujat, "cupu banget sepikan lo??!!"

"Payung? Ooh...bawa aja."

Udah gitu aja. The end. Ngerti gak sih Jeffrey sekarang uring-uringan sendiri?? Gak ngerti banget kok mendadak jadi bego gini.





"YAAMPUUUN! Lo tau gak gue nyariin dar—kak Jeff??"

Ah, gak kaget sih dia. Dimana ada Sasa pasti selalu ada Helen disana. Cewek itu langsung duduk disebelah Sasa yang masih diem aja dari tadi.

Astaga, ngomong kek dek..

"Sendiri kak?"

"Sama temen lo nih."

Sasa sontak mendongak, mukanya masih datar. Helen yang heboh, menyikut-nyikut lengan Sasa menuntut penjelasan sambil memainkan alis menggoda sahabatnya. Sasa nya langsung mendecak merasa keganggu gitu.

Jeffrey geli melihatnya. Lucu aja.



"IH! Udah item gitu mau dikasih apa lagi????" pekik Helen setengah histeris.

Jeffrey menoleh, melihat Helen yang menjegat tangan Sasa menuangkan kecap ke mangkuk—HELL itu soto apa rawon buset item banget???

"Ck! Len, ah! Masih kurang enak ini." rengek cewek itu.

"YA EMANG GAK ENAK! Soto macam makanan beracun gitu!" sengit Helen.

Jujur aja Jeffrey masih bingung dengan situasi saat ini.

"Buktinya gue sehat-sehat aja kan? Dah minggirin tangan lo, ish!"

"Hihh!" gemas Helen. "Jangan minum es kopi!" peringat cewek itu.

"Telat udah pesen."

Jeffrey masih terus menatap dua cewek didepannya bergantian. Bingung sendiri. Sampai seorang mas-mas datang membawa nampan berisi satu cup es kopi dan menaruhnya didepan Sasa.

Helen memejam sembari memijit pangkal hidungnya, keliatan frustasi banget. Dan membuat Jeffrey makin greget karena penasaran.

"Hah. Oke. Terserah. Gua mau pesen makan." ujar cewek itu sembari bangkit. "Kak Jef mau nitip gak?"

"Air mineral aja satu. Makasih."

"Oke."

Dan kembali hening setelah kepergian Helen. Jeffrey yang mendadak kehilangan selera makan karena melihat isi mangkuk Sasa tanpa sadar ngomong,

"Itu...enak?"

Sasa balas menatapnya, kali ini disertai senyuman tipis. TIPIS BANGET setipis kertas hvs. "Aneh ya? Tapi enak kok menurutku."

Jeffrey manggut-manggut. Nggak lanjut makan karena selera makannya udah beneran ilang.

"Ini kak."

Jeffrey menerima sodoran air mineral dingin dari Helen. Berniat membayar tapi ditolak mentah-mentah sama cewek itu.

"Apasih kak, nggak usah! Tiga rebu doang." tolak Helen sambil menggeser posisi gelas cup es kopi milik Sasa dengan minuman dingin seperti milik Jeffrey.

"Minum ini aja. Itu balikin abangnya."

"Apaan? Nggak! Mubazir nambah dosa."

"Ya daripada nambah penyakit????!"

Sasa mendengus. Helen masih ngotot. Jeffrey makin bingung. BINGUNG BANGET ngerti nggak sih???

"Es kopi doang bikin sakit?" kekeuh Sasa.

"IYA! Mana ada orang—"

"Udah buat gue aja." potong Jeffrey sok jadi pahlawan, langsung meraih minuman yang jadi bahan perdebatan itu dan langsung meneg—

"Uhukk!!! ANJ—" Jeffrey yang sadar hendak mengumpat cepat-cepat mengatupkan bibirnya, masih terbatuk-batuk.

"Ini kopi apaan???" pekiknya, karena sumpah rasanya is like a Hell!

Sasa meringis merasa bersalah, Helen udah panik banget.

"Nggak enak ya?" tanya Sasa lembut, sepenuhnya ngerasa bersalah padahal juga bukan salahnya. Jeffrey seketika lupa diri.

"YA MENURUT LO AJA??? Tiga sachet kopi item jadiin satu gapake gula! Lo mau melek sampe akhir hayat??"

Keterlaluan sih, tapi yang namaya Alysa Milania ini badung banget dikasih tau.

"HAH?" pekik Jeffrey. "Pantesan rasanya mengerikan."

Jeffrey mendadak ingat ketika kali pertama menjajal minuman bernama vodka. Taste like a hell! But it's much more fucking as hell!!!





"I'll never drink this....water....anymore!" sungut Jeffrey, lidahnya masih pait dikecap.

"Indeed." Sasa merebut kembali cup es kopi itu, menaruh sedotan stainless nya, dan menyeruput santai like there's nothing happen.


















Alysa...

Lo tuh siapa sih sebenernya? Kok kurang ajar banget bikin gue penasaran?




































Bersambung ke "Harapan."👉

[✔] NUMBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang