...and My First

358 63 15
                                    

Lagi-lagi hujan, lagi-lagi Jeffrey teringat dengan kenangan lampaunya bersama Sasa, dan lagi-lagi keduanya dipertemukan juga karenanya.

Saat pintu terbuka membawa tiga sosok itu masuk, maniknya langsung terfokus pada satu gadis dengan aura paling bertolak belakang dengan yang lainnya. Yang kali ini tanpa binar apa pun pada kedua netranya.

Sa? Kenapa?

Mungkin Sasa memang pandai menyembunyikan emosi dan ekspresinya, tapi Jeffrey jauh lebih pintar untuk membaca sekecil apa pun mereka yang terlewat untuk dikendalikan.

"Dengerin gue nggak sih, nyet?!" seru Jovan mengagetkan Jeffrey yang sedang melamun tanpa sadar.

"Dikuping, anjing!" Jeffrey refleks menggeplak kepala Jovan. Dan jadilah kedua manusia tampan itu saling beradu mulut seperti anak kecil.

Mikha yang berada di antara keduanya memejam jengah menahan emosi. Namun sepertinya didiamkan saja tidak mempan.


"DIEM GAK?!" teriak Mikha, kesal sendiri, pasalnya bukan hanya mereka yang memakai ruangan itu. Ada beberapa dari fakultas sebelah juga.

Suara menggelegar milik Mikha itu berhasil mencuri atensi orang-orang di dalam ruangan.

Jeffrey kontan diam, dan kaget saat pandangannya bertemu dengan Sasa yang juga menatapnya, datar. Baru mau memberi senyum, doi nya udah keburu melengos. Jeffrey kecewa tapi penasaran.

Lalu fokus nugas lagi, masih ditemani hujan yang belum berhenti bersama nyanyian syahdu Diki dan genjrengan gitarnya dari pojok ruangan.

Memang tidak jelas jenis ruangan apa yang mereka tempati saat ini. Namun setelah pertimbangan pada musyawarah besar BEM—yang diusuli oleh Mikha Cs.—ruangan yang semula milik UKM Fotografi itu beralih menjadi ruang belajar umum yang bisa digunakan siapa saja.

Oke, mari kembali pada Jeffrey yang masih asik dengan dunianya sendiri. Jujur saja Jeffrey tak lagi bisa fokus dengan tugasnya setelah kedatangan Sasa. Pemuda itu terus mencari kesempatan untuk mencuri-curi lihat, sampai tiba-tiba rungunya mendengar ini..

"Gue ke kamar mandi ya?"

"Temenin gak?"

"Mang gue anak kecil." Jawaban sarkas itu berhasil menarik dua sudut bibir Jeffrey ke atas.

Tak lama setelah kepergian Sasa, Jeffrey ikut bangkit dari duduknya.

"Beli minum." Potongnya sebelum Jovan atau Mikha sempat membuka mulut.


Pamitnya sih ke kamar mandi, kan ya? Tapi yang Jeffrey temukan ternyata Sasa malah sedang duduk sendirian di bangku koridor sambil melamun menatap hujan. Makin yakin jika cewek itu sedang tidak baik-baik saja.

Niat hati ingin mendekat untuk sekedar menyapa tapi takut dikira menganggu, jadilah Jeffrey memilih berjalan lurus ke arah vending machine yang untungnya tidak begitu jauh dari bangku yang diduduki Sasa.

Selesai dengan urusannya, Jeffrey lalu berbalik, kakinya dirasa seperti menahan-nahan dirinya untuk mampir sejenak tatkala akan melewati Sasa lagi.

[✔] NUMBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang