Lecutan

324 57 7
                                    

"Sampe mana?"

"Masih dijalan, bentaraduh! Pelan dong Ryu, ah!"

Jeffrey kaget, mendadak panik. "Apa? Kenapa? Nggak kenapa-napa kan??"

"Enggak. Udah ya kak. Takut dijambret gue."

Takut apa tadi katanya? Jeffrey geli sendiri mendengarnya. Lantas memasukkan ponsel ke saku dan fokus liatin gerbang. Sampai beberapa menit kemudian muncul dua cewek berboncengan yang sekarang berhenti di seberang jalan.

Pemuda itu refleks berdiri, bersiap menyeberang saat tahu jika sosok yang baru saja turun dari jok motor beat warna pink itu adalah Sasa.

Manik Jeffrey langsung terfokus pada baju yang Sasa kenakan sekarang ini. Cowok itu memicing tidak suka, apalagi saat beberapa orang di sekitar sana dan mereka yang lewat sempat mencuri-curi lihat.

"Heh!" seru Jeffrey.

Sasa menoleh, udah mau senyum tapi urung karena mendapati ekspresi aneh Jeffrey padanya.

"Apa?"

"Ke perpus begitu?" tanya Jeffrey datar.

Alis Sasa menukik bingung. "Begitu gimana? Ya gini, emang harus pake seragam?"

"Nggak lucu, ya!"

"Siapa juga sih yang ngelucu?"

Jeffrey tidak menyahut, hanya mendecakkan lidah lalu segera melepas kemeja cokelatnya. Menyisakan baju putih polos yang membalut tubuh tegapnya.

 

Sasa mendelik shockApa-apaan nih cowok??


"Ih lo ngapain sih kaaak??" pekik Sasa setengah histeris. Ini dipinggir jalan, woy!

"Suruh siapa sih make celana kurang bahan gitu?" Jeffrey mulai mengomel. "Paha lo tuh keliatan tau nggak? Kalo entar lo diapa-apain sam—apa senyum-senyum? Gue nggak lagi ngelucu ya!"

Sasa menahan diri untuk tidak salah tingkah. Karena Ia tau dibalik nada kesal Jeffrey tadi, ada sekelebat rasa khawatir yang menyusup.

"Cie perhatian." ledek Sasa. "Celana panjang gue abis, lagian panas gini, sumpek."

"Ngeles mulu. Nih pake." Jeffrey menyodorkan kemeja bahan miliknya.

"Nggak mau. Panas."

"Ck!" menahan gemas dan gegeretan, Jeffrey lantas maju mendekat dan sedikit merunduk untuk mengalungkan kemejanya di sekeliling pinggang ramping Sasa.

Sasa membatu di tempat. Motoriknya terhenti total karena kepala Jeffrey yang tepat berada di sisi wajahnya. Sasa membelokkan sedikit kepalanya untuk menikmati pahatan sempurna Tuhan itu dengan gratis.

Dan jangan lupakan tangan kekar Jeffrey yang masih setengah mengalungi pinggangnya. Shit! Sasa enggan sekali membayangkan kondisi wajahnya saat ini.

"Eh ini kenapa?"

Suara husky Jeffrey menarik kesadaran Sasa kembali. Gadis itu mengerjap sesaat sebelum menyahut bingung, "Hah?"

"Ini," Jeffrey menyentuh bekas luka melintang di atas lutut kiri Sasa. "Kayak kena gores benda tajem."

Jeffrey mendongak. Tidak mau berfikir aneh-aneh sebelum mendengar jawaban dari Sasa.

"Nggak papa." ujar Sasa sambil menutup bekas itu dengan kemeja Jeffrey.

"Beneran?"

Sasa mengangguk cepat. "Kena ujung meja."

[✔] NUMBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang