,dan Dia

399 76 12
                                    

Jarum pendek jam sudah melewati angka sembilan dan rapat UKM baru saja ditutup langsung oleh Mikha sang Ketua. Ruangan yang tadinya sunyi mendadak bising tanpa dikomando.

"ASTAGA ya ampun Sa!"

Pekikan nyaring cewek itu mampu membuat sebagian orang yang masih berada di ruangan menoleh, Jeffrey salah satunya. Ia ingat siapa cewek itu karena terus-terusan menatap sahabatnya dengan sorot memuja,

Tapi lupa namanya.

"Nggak usah teriak!" desis Alysa. Kelihatan nggak nyaman karena jadi pusat perhatian.


Nah ini aneh.

Dari belasan nama baru tapi tak satupun yang Jeffrey ingat kecuali nama itu. Alysa, cewek yang tempo hari memberinya payung, yang sempat memperkenalkan diri sebagai 'Sasa' dengan angkuhnya.

"Bego banget sampe lupa! Aaaaa maafiiinn.."

Jeffrey sibuk memberesi barangnya, nggak berniat menguping tapi memang kedengeran sampai ke tempatnya. 

"Kenapa?" tanya Rose. Jeffrey kenal banget suara khas itu.

"Ini kak, Sasa nggak ada yang nganter pulang. Aku bego banget sampe lupa kalo..."

Nggak dengerin lagi kelanjutannya karena Jeffrey cuman fokus ke satu nama dan inti kehebohan itu. Sasa, nggak ada yang nganter pulang.

"Yah, aku juga nggak bisa nebengin. Dijemput pacar soalnya."

Jeffrey mendengus mendengarnya. Rose itu ya, selalu pongah tiap kali membahas soal dunia perpacaran. Maklum, udah jalan 5 tahun.

"Huhu.. Gimana nih?? Udah malem banget lagi."

"Gue bisa nge-grab elah. Santai aja."

Kali ini Jeffrey sampai menoleh. Wow, berani banget cewek jam segini naik ojol sendirian??

"Nggak! Jangan ih!"

"Ya ampun Len, gue nggak apa."

Ah iya, Helena, Jeffrey inget sekarang nama cewek itu.

"Namaku Helena, seringnya dipanggil Helen atau Lena. Tapi lebih suka kalo dipanggil jodohnya kak Mikha. Hehehe.."

Jeffrey juga inget banget ekspresi super malu Alysa tadi.

"Oit! Balik ya? Proposal udah gue kirim email." ujar Jovan mebuyarkan lamunan singkat Jeffrey.

"Iyee."

Selang beberapa detik setelah Jovan melengos dari hadapannya, Jeffrey mendengar Rose mencegat cowok itu.

"Jov! Jov!"

"Ogah nebengin. Laki lo posesif." sembur Jovan tanpa aba-aba. Jeffrey ketawa mendengar jawaban ketus temannya itu.

Sekali lagi menoleh dan melihat Rose yang baru saja melempar tisu gulung ke wajah Jovan.

"Bukan gue!" kesal Rose.

[✔] NUMBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang