Unfaithfullness

6.9K 274 1
                                    

Hampir satu bulan ini aku bekerja di PT Antara Karya sebagai accounting payable. Tugasku menginput data, menyiapkan bukti transaksi, menyiapkan dokumen invoice, laporan PO dan POC, prepaid expenses, dan accrual and balance sheet reconciliation.

Berangkat pagi pulang sore, bahkan pernah pulang malam saat proyekku bermasalah.

Mas Fajar memberi kode untuk naik ke lantai empat, ruang Manager Operasional Dua yang membawahi divisi sipil.

Jumlah karyawan di ruangan ini lebih sedikit. Ada miniatur apartemen, ruko, dan rumah gaya modern di dalam kotak kaca di tengah ruangan.

Di dinding ada portofolio landscape taman kota. Penataan sirkulasi, pengaturan elemen desain, penataan ground cover, tanaman dan kompleksitas membuatnya terasa hidup. Ditambah gelagar atau gazebo, jalur tangga, dan open space.

Lalu kami masuk ruangan yang lebih besar dari ruangan Bu Fatma. Di sebelah kiri ada meja kerja seorang pria berumur, Manajer Operasional Dua, Rudy Sidrajat.

Di sebelah kanan ada meja kerja seorang laki-laki ......

Tunggu!!!

'Dia' adalah pria yang berada di lift karyawan dengan gaya santainya saat aku interview user. Sialnya dengan muka serius itu dia terlihat cool.

'Kick me God.'

Laki laki itu mempersilahkan kami duduk.

"Ini laporan proyek perumahan tipe 45 PT Pradana House Group pak. Bu Fatma sudah ACC." Ucap Mas Fajar.

Lelaki yang disebut 'pak' itu terlihat lebih matang dari Mas Fajar. Hebatnya dia bisa satu ruangan dengan Pak Rudy, one of real big cheese.

Kemampuan skrining mata dan otaknya luar biasa. Bagai jelmaan komputer berwujud manusia.

Just like piece of cake.

Sesekali ia membetulkan kacamata wayfarer-nya yang membuat ia makin mempesona.

"Satu jam lagi kita berangkat. Hubungi customer jika kita siap datang hari ini sesuai janji."

"Baik pak."

"Nanti kita berangkat bareng. Tunggu di lobi setelah saya telfon."

"Baik pak. Terimakasih banyak."

Aku bersyukur laporanku tidak ada masalah.

Baiknya, dia memberi tumpangan gratis untuk bawahan seperti kami, once in the blue moon. Hal langka yang terjadi di kantor ini. Plus ia tidak membuat kami menunggu lama di lobby.

Semenit kemudian mobil Pak Asmen berhenti di depan kami. Sebuah mobil sedan hitam mengkilat, dengan plat cantik 710 KIY.

'Wow.... Young, smart, and moneyable.'

Aku duduk di bangku belakang sedang Mas Fajar disamping Pak Asmen. Mereka sudah lama bekerja sama sehingga Mas Fajar menanggapi obrolan itu dengan enteng tapi sopan. Sedang aku hanya menjadi pendengar setia.

Setelah satu jam perjalanan, kami sampai di lapangan. Pak Asmen keluar mobil seraya memakai topi hitamnya.

'Givenchy.'

Yang kutahu harga topi itu tidak murah. Topi hitam yang kontras dengan warna kuning kulitnya. Lalu ia membuka bagasi, menenteng ransel dan drafting tube.

'What the hell this boss. He is so......sexy.'

Dengan terampil Pak Asmen membuka kertas kalkir. Lalu berbicara dengan Mas Fajar.

Ready To ServeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang