Dia duda???

3.6K 200 0
                                    

"Hei! Hentikan!!!"

Syukurlah, bantuan datang.

Maling itu menarik tubuhku lalu melingkarkan pisau ke leherku. Ujung pisau itu Mengkilap meski malam hari.

Jangan ambil nyawaku Tuhan!

"Lepaskan dia!!"

Lengan perampok mendesak leherku hingga aku kesulitan bernafas.

"Jangan ikut campur! Atau aku habisi perempuan ini!"

"Paaakkk.... Tolong!" Ujung pisau bergoyang dihadapanku.

"Ambil yang kamu mau. Lalu lepaskan dia."

"Mundur! Atau aku bunuh dia!"

Aku terisak takut.

"Berhenti disitu!" Pekik perampok.

"Tolong saya pak." Tangisku mendera.

"Buang pisaumu. Ambil apa aja dan lepaskan dia."

Aku menggeleng. "Jangan pak. Laptop saya isinya dokumen penting."

"Diam kamu Audrey!"

Perampok membawaku mundur beberapa langkah.

"Aku tangan kosong. Berarti kamu juga. Aku nggak bisa jurus apa apa. Aku cuma mau perempuan itu selamat."

"Yon, sini!!" Perampok memanggil temannya yang menunggu di atas motor.

"Kita cabut aja Bal, ada cctv."

"Nanggung goblok. Buruan kesini!!"

Dia menarik tasku kencang. "Lepasin!!!"

"Enggak bajingan!!!" Tolakku.

Tiba tiba pisau menghilang dari depan wajahku. Berganti aksi gulat pak Lio dan perampok. Aku menjauh dengan tubuh gemetaran.

Perampok itu mengayunkan pisau dengan brutal ke arah pak Lio.

"Tidak!!!" Teriakku.

Pak Lio terduduk di paving dengan memegangi perutnya. Lalu kawanan perampok pergi.

"Pak Lio!!"

Tangan kirinya memegang perut dengan wajah meringis.

"Bawa saya ke rumah sakit Audrey."

Aku mengalungkan tangan kanannya di leherku. Lalu menuntunnya duduk di pos satpam.

Tangannya menekan perut kiri yang mengeluarkan darah.

"Tunggu disini pak. Saya segera kembali."

Aku berlari secepat mungkin mengambil mobil.

Begitu tiba di tempat, pak Lio ditemani satpam dengan raut panik. Aku memarahinya karena lalai menjaga keamanan kantor.

Bajunya berganti warna merah dan tangannya basah karena darah.

"Bertahan ya pak."

Mobilku melaju secepat mungkin, meminta jalan dengan mengklakson mobil lain.

Sampai di UGD, aku dan perawat jaga membopong pak Lio yang meringis kesakitan menuju brankar. Lalu dokter datang tergesa gesa kemudian menutup tirai. Sedang aku menunggu di luar.

Aku menangis melihat darah pak Lio menempel di kemejaku. Sembari berdoa semoga ia selamat.

"Kerabat pasien Paralio?"

"Saya dokter. Bagaimana kondisinya?"

"Syukurlah bisa tertangani. Lukanya tidak dalam namun membutuhkan penanganan intensif agar tidak ada infeksi. Jadi pasien perlu rawat inap."

Ready To ServeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang