"Halo Al. Ada apa?"
"Halo Sha. Lagi apa?" Ucapnya lembut.
"Lo ngigau ya? Gue ya lagi kerja lah tuan muda. Lo kali rebahan aja keluar sendiri duitnya."
Alfonso sedang menghubungiku di saat jam kerja.
"Ohhh....." Terdengar suara kekehan Alfonso.
"O dari dulu bentuknya bunder Al."
Alfonso tertawa. "Lo selalu unik. Gue jadi pengen ngajak Lo keluar ntar malam."
Aku tertawa. "Ehem ehem... Saya mencium aroma aroma penyuapan ini."
"Jangan dicium. Belom waktunya. Sabar ya sayang, habis ini abang Al pulang kok. "
Aku tertawa lirih. "Sayang pala Lo peyang."
"Nanti malam gue jemput di kos ya? Oh ya, kos Lo yang baru dimana?"
Aku menggaruk kepalaku. "Eehmm... Anu Al. Nanti Lo jemput di tempat yang gue share lokasi aja."
"Gue mencium aroma aroma sesuatu yang disembunyikan nih."
"Nggak ada kok." Belaku.
"Jujur deh Sha. Jujur atau gue kintilin. Gue tunggu share lokasinya. Bye honey!"
"Halo! Al?! Alfonso?!!"
Aku menghela nafas panjang karena Alfonso tidak mau mengangkat kembali telfonku.
"Dasar tukang maksa. Resek banget hobinya."
Aku berpikir sejenak. Haruskah aku mengatakan padanya dimana kos baruku? Gila saja?!
Kos baruku berada di deretan rumah Kian. Hanya berjarak sekitar lima rumah saja. Kalau Alfonso tahu dimana kos baruku sudah pasti dia akan mencecarku dengan pertanyaan seputar hidupku dan Kian.
Ooooh ayolah aku tidak mau siapapun tahu perasaanku pada Kian. Si duda keren nan kharismatik itu.
Karena aku tidak siap malu jika Alfonso tahu. Benar saja anak gadis belum pernah menikah ditolak duda.
Alfonso Mogen
Mana share lokasinya bebeb?
Janji nggak akan bully gue.
Janji honey.
-google maps-
Iyaaaaa 😉. Tuh kan gue nggak bully.
Pukul tujuh lebih sedikit Alfonso datang menjemputku. Pertama kalinya aku terpanah karena dia begitu keren, cakep, dan menawan. Aku tersenyum saat keluar gerbang dan menghampirinya yang sedang bersandar di sisi kiri mobil mahalnya.
Like a magnet, that's Alfonso.
Berapa banyak pasang mata yang sudah melihat kami? Lebih tepatnya melihat mobil Alfonso. Walau dia tidak sedang mengendarai mobil kuda jingkrak miliknya, tetap saja sedan mewah yang dibawanya mampu mengundang tatapan para kaum adam dan hawa yang melintas.
"Sorry lama."
Alfonso balas tersenyum lembut. "Biasa, cewek kok."
"Ayo berangkat."
Alfonso membukakan pintu mobil untukku. Baik hati sekali karena aku diperlakukan begitu spesial.
If Kian did it.
Tengah perjalanan kami berceloteh tentang kesibukan masing masing. Rasanya begitu lepas bisa berbicara santai seperti ini dengan sahabat.
Berbeda rasa saat berbicara dengan orang yang menjadi target cintaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ready To Serve
RomanceMenjalin hubungan dengan duda tanpa anak. Hubungan kami berlanjut menjadi lebih intim. Lalu dia kerap 'menikmatiku' layaknya a piece of cake. IKUTI AKUNKU UNTUK CERITA LENGKAP.