"Mel, Lo kenapa?" Tanyaku panik melihat Amelia berjalan terpincang pincang. Aku segera membantunya masuk kamar.
"Ada cowok ganteng nyerempet gue. Binor matanya."
"Mana yang sakit?"
"Pergelangan kaki gue. Tadi dokter bilang gue mesti istirahat total." Sambil memijit kakinya.
"Nggak ada yang retak kan?"
"Terkilir doank. Dari mana Lo? Rapi bener?"
Aku nyengir. "Habis jalan jalan."
"Sama Affar?"
"Ssstt...!!!"
"Ya elah Drey, sekosan juga pada ngerti cowok Lo tuh rich old man."
"He is not very old. Masih 40 juga." Belaku.
"Ya tua lah. Cocok jadi bapak Lo." Amelia tertawa.
Sinting!
"Lusa gue mau cuti." Aku menaikturunkan alis.
"Mau kemane Lo?"
"Diajak Affar liburan ke Lombok. We need time for fun."
"Ck......pasti tuh om om udah siapin bikini buat Lo." Tebaknya.
"Nggak lah."
"We will see. Dia bakal ngrayu Lo. Dan Lo nggak bisa nolak karena ngerasa nggak enak dan kalah sama perasaan."
Amelia menunjuk deretan tas dan sepatu mahal yang Affar belikan. Ponsel baruku seharga 10 juta. Belum lagi skincare dan pakaian yang kuinginkan.
"Lelaki mah gitu. Ada maunya aja si cewek disenengin sampe hovering."
"Kalian sering ciuman, pelukan. Tapi belum dapet golnya. Mungkin Lombok adalah finalnya."
Demi apapun aku tidak mau make love dengan Affar dengan alasan apapun.
This is not love, this is lust.
"Nggak."
"Once again, we will see Audrey. Kalo nggak sesuai prediksi gue ya berarti dia emang pria baik. Tapi kalo dia 'minta' berarti ya sama aja lah kayak yang lain. Ada take and give."
Ucapan Amelia cukup logis dan realitis.
"Yang penting Lo jaga diri baik baik."
🌺🌺🌺🌺🌺
Kami memutuskan pergi ke Lombok hari ini. Seperti janji Affar tempo hari, dia akan mengurus sisa alasan ketidakhadiranku di kantor. Juga memfasilitasi semua kebutuhanku dari berangkat sampai pulang.
"Far, ini executive class ya?" Bisikku.
Affar tersenyum mengejek dengan tangan merangkul pundakku. "Bussines class yang bener baby."
Aku menepuk lengannya tanda tidak mau diremehkan.
"Ini pasti.....expensive?"
"Of course, for you. Not for me."
Tuh kan sombongnya mulai deh.
"Berapa?"
"Gajimu dua bulan." Jawabnya enteng.
Aku melongo sedang ia malah asik menyesuaikan seat dan bisa dipakai rebahan.
"Pemborosan."
"Kebanyakan ngitung duit kantor, makanya perhitungan."
"Gimana gunain ini tombol sih?"
Affar memegang tanganku dan memberitahu guna masing masing tombol seat. Tapi aku tetap bingung mengoperasikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ready To Serve
RomanceMenjalin hubungan dengan duda tanpa anak. Hubungan kami berlanjut menjadi lebih intim. Lalu dia kerap 'menikmatiku' layaknya a piece of cake. IKUTI AKUNKU UNTUK CERITA LENGKAP.