"Gue benci di posisi kayak gini."
Aku menoleh ke arah Elea dan Kian pergi. Mereka sudah hilang di balik tembok.
Rasa sesak di dada masih saja menggelayuti. Bahkan ini lebih sakit dari pada tidak bertemu dengan Kian sama sekali.
Jika aku tidak menerima ajakannya untuk menghadiri acara terlaknat anaknya Affar, mungkin aku tidak bertemu dengan Elea. Atau mengalami de Javu seperti ini.
"Kampret banget! Mimpi apa gue hari ini sampe dilabrak segala."
Tas kecil dan kunci mobil Kian masih ada di meja. Itu artinya aku diberi mandat untuk menjaganya bukan?!
"Sangat sialan sekali!"
Berusaha menetralkan degub amarah yang membuat kepalaku langsung berdenyut nyeri, aku berusaha menghubungi Alfonso.
Aku butuh bantuannya. Bukan meninggalkanku dalam masalah cinta segitiga seperti ini. Memuakkan!!
"Alfonso!!" Pekikku ketika terhubung.
"A....ada apa Sha?"
"Ini semua gara gara Lo!"
"Gue? Kenapa sama gue? Kenapa Lo marah marah sih?"
"Lo yang bikin gue dalam hard situation kayak gini!"
"M.... maksudnya apa sih beb?"
"Gue bukan bebeb Lo!"
Alfonso terkekeh. "Aduuuuhhh jangan marah marah dong. Calm down baby. Bicara baik baik, abang Alfonso akan dengerin adinda Audrey bernyanyi."
Aku memutar mata malas. Masalahnya, di situasi seperti ini dia masih bisa mbanyol.
Aku menata emosi dan suara. "Al, dengerin gue. Gue sekarang ada di tempat nongkrong sama Kian. And you know, Elea is here! Dan ngelabrak gue di depan pengunjung. It's so shamefull Al."
"What?!! Elea disana?"
"You have to be here right now! Keluarin gue dari drama kalian bertiga. Gue capek di damprat terus terusan."
Alfonso menghela nafas. "Sorry Sha, gue lagi di luar kota sama bokap. Bussiness travel."
Aku menunduk lemas. "I hate you Al."
"Please, please don't say like that. Gue beneran di luar kota Sha."
"Setelah ini gue nggak jamin bisa bantu kalian lagi."
"Sha, please jangan marah. Gue janji bakal atasi masalah ini secepatnya."
"Okay."
"Sekarang Lo ikutin mereka. Kira kira mereka bicara apa. Biar semua jelas Sha."
"I do it for the last."
"Surely girl. Please, help me. Bantu gue buat Kian ngerti."
Aku mengambil tas dan kunci mobil Kian, lalu mengikuti arah pergi mereka sebelum aku tidak tau kemana mereka pergi.
Dan disinilah aku, di balik mobil pengunjung lain, mengintip dan menguping obrolan mereka berdua.
"Cukup Elea!" Kian menghempaskan tangan Elea.
"Kak Kian tega!"
"Kamu yang tega!!" Ia menunjuk wajah Elea.
"Kamu sembunyiin perjodohan itu! Kamu jalan sama aku, tapi kamu mau menikah dengan Alfonso! Dimana pikiranmu El!!?" Kian menunjuk pelipisnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ready To Serve
RomanceMenjalin hubungan dengan duda tanpa anak. Hubungan kami berlanjut menjadi lebih intim. Lalu dia kerap 'menikmatiku' layaknya a piece of cake. IKUTI AKUNKU UNTUK CERITA LENGKAP.