Paradise with Paralio

3.3K 183 5
                                    

Betapa segar aroma lemon dan empuknya ranjang ini. Terpaan sejuknya AC membuatku enggan bangun.

Ruangan didominasi warna coklat dan putih dengan lampu gantung indah.

Ranjang yang kutiduri adalah spring bed king size mahal. Dan kamar kosku tidak menyediakan ranjang senyaman dan semahal ini.

Kusibak perlahan selimut tebal nan nyaman ini. Lalu menurunkan kedua kaki dengan kepala berdenyut nyeri.

Nakas samping ranjang ada ponselku, obat dari rumah sakit, tiga potong roti yang ditutup tudung saji, segelas susu putih, dan sepucuk surat.

Kalau udah bangun buruan makan roti dan obatnya. Gue balik ke kantor. Dan ingat, istirahat aja!
Mau makan malam menu apa? Gue bakal pulang cepat. -Kian.-

Aku tersenyum tipis karena dibalik sifat dinginnya tersimpan warm attention.

"Paralio Kian Mahardika." Gumamku.

Sekarang sudah jam tiga sore. Artinya satu jam lagi jam kantor akan berakhir. Lalu kuputuskan menelfon Kian.

"Udah dimakan rotinya? Gue nggak ada masakan dirumah. Apa mau gue pesenin?"

Perhatian seperti ini yang membuatku enggan menjauh.

"Ng...nggak Kian. Ini mau aku makan rotinya."

Dia hidup sendiri di rumah ini. Duda pula.

"Mau makan apa Sha? Gue pulang on time."

Aku bahagia dihujani perhatian sehangat ini.

"Nasi Padang aja Kian. Ditempat yang dulu."

"Oke. Kalau mau pinjam baju, Lo pilih dilemari, barang kali ada yang cocok."

"Aku tadi berat ya Kian?"

"Ck.... berat banget. Ini anak gadis apa anak sapi."

Aku tertawa. "Ya ampun maaf. Aku bakal diet."

"Badan kurus kayak daun kelapa mau diet."

"Lah tadi katanya aku kayak anak sapi?"

"Terus kenapa sekarang mau diet? Biar waktu gue gendong Lo lagi nggak merasa berat gitu?"

Skak mata!!
Aku salah beradu argumen dengan lelaki kritis macam dia.

"Y...ya udah nasi padangku jangan lupa. Bye!"

Sembari menunggu Kian pulang aku duduk santai di depan aquascape yang menyejukkan mata. Bahagianya ikan ikan itu saling kejar-kejaran.

Tidak sepertiku, adu mulut dengan teman kos padahal dulu kami baik baik saja. Lambat laun hubunganku dengan Affar merubah pandangan teman teman padaku.

Julukan cewek bispak, jalang, cewek gaetan om om adalah hal yang kerap mereka ucapkan.

Benar kata orang, pacar bisa menjauhkan kita dari orang tua dan sahabat. Dan kini aku merasakannya.

Jarang ada waktu dengan teman teman kos. Sibuk menyenangkan Affar dan diriku sendiri. Hingga lupa harga diri.

Aku kembali ke kamar Kian, membuka lemarinya, berniat meminjam baju.

Harum kapur barus menyeruak. Semua tertata sesuai jenisnya. Walau tidak terlalu rapi.
Maklum saja, duda lama.

Kurapikan sedikit sebagai ucapan terimakasih telah menampung bahkan menolongku saat pingsan. Selesai menata isi lemari, aku beranjak ke kamar mandi, untung ada alat pemanas air.

Ready To ServeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang