Aku masuk kosan seperti tidak ada masalah. Kubiarkan pintu kamar terbuka, lalu mengepaki barang barang.
"Ada yang mau minggat gaes!!!"
Aku diam dan fokus mengepaki barang barang.
"Dia kan tuli. Telinganya buat dengerin perintah laki laki yang booking dia lah."
"Paling disewain condominium biar bebas bugil."
Menggubris mereka sama seperti menabur garam di laut.
"Dia kan Salome. Satu lubang rame rame."
"Eh mulutnya makin seksi. Pasti keseringan buat ngulum permen batangan tuh."
Aku menutup pintu kamar tapi ditahan tubuh tambun Pipit. Perempuan tidak cantik dengan bodi bak lontong balap.
Lalu kudorong tubuhnya hingga mundur dua langkah.
"Gue kabulin permintaan Lo semua!! Gue pindah ke rumah mewah pemberian laki gue!!" Sesumbarku.
"Jalang. Pelacur. Perek. Pecun."
Kutampar pipinya. "Pergi!!!"
Langsung kututup pintu kamar dan menangis lirih.
Dari Alex yang mengkhianatiku, Affar yang memanfaatkanku, dan aku tidak bisa mengatur pergaulan.
Saat menenteng tas yang hendak kumasukkan mobil, Kian berdiri bersandar dengan jari mengapit sebatang rokok.
Lalu menghembuskan asapnya perlahan. Ada sisi keren dan bad guy yang menggemaskan.
Ia menjatuhkan rokok dan menginjaknya hingga mati. "Sini gue bantuin."
Setelah kamar kosong, aku berpamitan pada ibu kos dan menunjukkan surat mutasiku kenapa aku pindah mendadak.
"Sudah?"
Aku mengangguk.
"Besok gue anter jam berapa?"
"Jam delapan gimana?"
"Okay. Gue mau ke rumah sakit, cari surat."
Setelah Kian pergi, ada satu hal yang harus kuselesaikan.
"Halo?"
Akhirnya....
"Selamat malam, bapak Affar Khaleed Dirgantara."
🌺🌺🌺🌺🌺
Aku turun dari kamar begitu Kian sampai lobby hotel. Dia berdiri membelakangiku sambil menerima telfon dengan raut bahagia.
Lalu buru buru mematikan sambungan telfon tanpa say goodbye saat aku di sampingnya.
"U....udah lama?" Gugupnya.
"Baru aja Kian."
"Mana kunci mobil Lo?"
Aku menyerahkannya.
Penampilan Kian sangat casual, memakai kaos biru cerah lengan pendek, jeans abu abu, dan rambut sedikit jabrik.
Like not a 33 years old widower.
"Kian?"
"Hem?" Dia fokus menyetir.
"Saat kamu SMA dekil banget ya?"
Dia mengerutkan dahi.
"Kurus, rambut acak acakan, seragam dipilok. Bad boy palang tanggung." Cibirku.
"Kok Lo tahu?"
Aku tersenyum jahil. "Bad boy kumal. Andai kita satu angkatan, bakal aku bully sampe ampun ampun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ready To Serve
RomanceMenjalin hubungan dengan duda tanpa anak. Hubungan kami berlanjut menjadi lebih intim. Lalu dia kerap 'menikmatiku' layaknya a piece of cake. IKUTI AKUNKU UNTUK CERITA LENGKAP.