Sibuk, sibuk, dan sibuk adalah creature of habit. Kebiasaan buruk yang mendarah daging.
Tanpa sadar aku memaksakan diri untuk tetap bekerja. Hingga aku tumbang tidak tahu dibawa kemana.
Setelah berapa lama, mataku terbuka perlahan dan menyadari ini bukan kamarku. Ditemani dua perempuan rekan kerja.
"Drey, gue balik ya sama Nabila? Lo udah baikan kan?!"
"Iya makasih." Ucapku lemah.
"Urusan administrasi dan lain lain udah beres kok."
"Thanks ya?"
Aku terkulai lemas di ranjang pesakitan sendirian. Hanya ditemani suara televisi. Pun tidak ada keluarga yang menemani.
Finally, I decided to take care of myself as much as possible.
Kucari ponselku untuk menghubungi Amelia. Lalu menghubungi Bu Fatma, meminta ijin sakit jika aku opname sekarang.
Gilanya, aku malah merindukan pak Affar, berandai jika ia menemaniku disini.
"Nggak waras otak gue."
🌺🌺🌺🌺🌺
"Drey, Lo kagak lapor nyokap bokap kalau lagi sakit?" Tanya Amelia.
"Nggak Mel. Mereka sibuk."
"Lo anak siapa sih?" Tanyanya sambil melirikku.
"Ya anak mereka lah. Orang gue terbentuk dari sperma papa."
"Naaah itu Lo tahu. Dimana mana anak sakit tuh dijengukin. Bukan dikaparin."
"Saluran tv nya jangan diganti ganti bego." Protesku.
"Lo suka berita tentang artis off air yang gayanya over on air? Tau tau bunting anak pengusaha yang punya anak istri."
Kalau aku menebak pasti istri sahnya diceraikan demi 'si selingkuhan'. Menjijikkan!
Tok tok tok...
Begitu pintu terbuka, aku tidak percaya dengan salah satu sosok yang datang.
"Lo sakit apaan Drey?" Tanya mas Fajar.
"Anu mas, itu.... maag."
"Pasti makan Lo awut awutan."
"Katanya tadi kamu sempet pingsan ya?" Tanya Bu Fatma.
Pak Affar sedikit kaget mendengar itu.
"Harusnya Lo ijin sakit. Bukan maksain diri." Ucap mas Fajar.
"Silahkan duduk pak, bu. Drey gue cari makan siang dulu ya?" Pamit Amelia.
"Kamu udah telfon orang tua Drey?" Tanya Bu Fatma.
"E..... Belum Bu. Habis ini." Kilahku.
"Kamu ngekos ya Audrey?" Tanya pak Affar. Lalu ia tersenyum. "Saya kira kamu tinggal sama orang tua."
Aku pernah bilang dijemput ayah, padahal tidak. Dan sekarang aku seperti mengakui kebohonganku dengan gamblang.
"I....iya pak." Mukaku seperti dilempari puluhan telur.
"Kalau temanmu pulang, kamu sama siapa kalau belum telfon orang tua?" Tanya Bu Fatma yang makin memperjelas kebohonganku.
"Saya....ee.... teman saya nginep disini bu."
"Kasihan jomblowati ini." Goda mas Fajar kemudian Bu Fatma dan pak Affar tersenyum.
Yeah, setidaknya mas Fajar sudah memberi penjelasan kalau aku ini lajang di hadapan pak Affar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ready To Serve
RomanceMenjalin hubungan dengan duda tanpa anak. Hubungan kami berlanjut menjadi lebih intim. Lalu dia kerap 'menikmatiku' layaknya a piece of cake. IKUTI AKUNKU UNTUK CERITA LENGKAP.