"Papah, Mamah, Bina kembali ke korea dulu, ya. Doakan anakmu ini, diberi kelancaran dalam menuntut ilmu, diberkahi ilmu yang Bina dapat, dan semoga Bina selalu dilindungi Allah selama di negeri orang."
Malam ini suasana haru terasa di rumah keluarga Haryo. Anak perempuannya yang bernama Sabina Varisha akan kembali menuntut ilmu ke negeri ginseng. Tak terasa Dira meneteskan air matanya ketika Sabina memeluknya erat sembari terus berkata, Doain Bina ya, Mah.
Kini berganti, Bina memeluk Papahnya erat seraya mencium tangan meminta restu. Sama dengan Dira, Haryo tak kuasa lagi menahan tangisnya. Pria berumur empat puluh tahun itu mengusap lembut kepala anaknya, "Jaga diri baik-baik ya, Nak." ucap Haryo membuat tangis keluarganya kian pecah.
"Dek, jangan bandel, ya. Jangan main ponsel terus. Bantu mamah sama papah di rumah ya, Dek." kata Bina pada adiknya Sabila yang menangis sesenggukan.
Ini bukan momen pertama kali Sabina pergi jauh. Tapi entah mengapa setiap gadis itu ingin pergi seluruh keluarganya menangis haru meskipun mereka tau ia akan kembali. Tapi tetap saja air mata itu tak terbendung.
"Iya, Kak. Bila selalu ingat pesan Kakak."
"Yaudah, papah, mamah, adek. Bina pamit, ya." ucap Sabina, melambaikan tangannya ke udara sembari menghapus air mata dengan tangan satunya.
Selanjutnya, gadis itu berjalan menghampiri Sabian yang sudah menunggu di mobil. Lelaki itu membukakan pintu untuk kembarannya yang sesekali masih mengatur nafas, "Udah ah jangan nangis lagi. Kayak ngga bakal ketemu lagi aja." ucap Bian seraya melindungi kepala Bina dari bingkai pintu mobilnya.
"Sedih tau, Bi." jawab Bina.
"Lebaay.." Bian tertawa, sesaat kemudian lelaki itu sudah berada di dalam mobil, duduk di kursi pengemudi tepat di samping Sabina.
"Jangan diledek kenapa sih." gerutu Bina sembari memakai sabuk pengamannya.
"Lagi lebay banget sih. Lo ke Korea kan mau belajar bukan jadi TKW!"
"Iya juga sih.."
"Nah! harusnya lo bangga bisa nuntut ilmu di sana! Apalagi zaman sekarang banyak banget yang mau ke Korea tapi lo dengan mudah bisa bolak balik ke sana, ya kan?"
"Yaudah sih, Bi. Kok kamu menggebu-gebu banget.."
Sabian tertawa lepas, kemudian lelaki itu menghidupkan mesin mobil seraya mulai mengemudikannya.
Butuh waktu sekitar empat puluh lima menit dari rumah Sabina menuju bandara.
Di dalam mobil baik Sabina maupun Sabian tidak banyak bersuara. Jujur saja meski tadi Bian terkesan angkuh, di hatinya lelaki itu juga merasa berat tiap harus melepas pergi kembarannya.
Sementara Bina, entah mengapa bayangan Lee Jong-Suk tiba-tiba terngiang di benaknya. Gadis itu bertanya-tanya bagaimana kabar pria yang ia temui di U-do itu?
Apa mungkin kita bertemu lagi? hati Bina bersuara.
Waktu berlalu, tak terasa mereka sudah tiba di Terminal tiga Bandar Udara International Soekarno-Hatta.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
Fanfiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA - UPDATE 3 BAB SETIAP HARI SELASA ] Siapa yang menyangka, jika skandal yang diterima oleh Lee Jong-suk hanyalah permulaan untuk mimpi buruknya yang panjang. Tidak ada yang menyangka jika ternyata Lee Jong-suk berhadapan lang...