17. Cancel Culture and Mental illnes

105 19 3
                                    

Sabina POV

Pintu kelas terbuka menampakkan profesor Choi Yoo Beom yang kini berjalan masuk dengan cepat. Di tangannya ada sebuah buku tebal bertuliskan Mental Illnes.

"Cancel Culture." ucapnya sembari menghampiri podium yang berdiri tegak di depan papan tulis.

Hari ini adalah hari pertama aku kembali kuliah setelah libur panjang sebelumnya.

Pagi ini, hariku dimulai dengan menghadiri kelas Psychopathology and Abnormalities.

Kelas ini diajarkan oleh Profesor Choi Yoo Beom beliau adalah dosen favoritku, dan mendengar rumor yang beredar Profesor Choi juga salah satu psikiater terbaik di Korea Selatan.

"Seperti yang kalian ketahui negara kita salah satu negara yang rakyatnya menerapkan cancel culture, terlebih untuk para Publik figur." ucapnya dengan serius,

"Publik Figur seolah telah menjual hidupnya kepada para penggemar. Privasi seolah tidak berlaku lagi untuk mereka, dan jejak digital itu nyata. Jika ditemukan satu kesalahan, meski itu kesalahan bertahun-tahun yang lalu, mereka akan tetap di-cancel. Pertanyaan saya, sebagai orang yang tinggal di Korea Selatan juga sebagai Mahasiswa Psikologi Sungkyunkwan. Coba berikan pendapat kalian mengenai cancel culture ini."

Seperti biasa, teman-temanku selalu ambis setiap kelas berlangsung. Ah tidak, lebih tepatnya setiap belajar baik itu di dalam kampus maupun di luar. Tidak seperti ketika aku sekolah dulu, saat guru bertanya, aku dan teman-temanku terkesan takut untuk menjawab. Sangat berbeda sekali dengan semangat belajar di bangku kuliah ini. Selang beberapa detik setelah profesor kami bertanya, semua orang mengangkat tangannya tinggi-tinggi, saling berebut untuk menjawab pertanyaan yang Profesor Choi Yoo Beom tanyakan.

Jangan salah, aku juga ikut mengangkat tanganku kok! apalagi topik Cancel Culture sungguh menarik menurutku.

Profesor Choi mengedarkan pandangannya, dan tatapannya berhenti pada lelaki bertubuh jangkung dengan kacamata yang menghiasi wajahnya. Dia Park Gi-Hoon, murid paling ambisius di angkatanku.

Penampilannya sungguh tidak menggambarkan kalau ia seorang kutu buku berprestasi. Bisa dibilang penampilan lelaki itu justru lebih cocok dianggap sebagai Idol.

Gadis-gadis di kampusku banyak yang tergila-gila akan pesonanya. Aku? tentu saja aku tidak termasuk para gadis itu. Mau tahu sebuah rahasia? aku belum pernah menjalin hubungan cinta dengan lelaki manapun. Selain karena dilarang agamaku, pacaran juga bukan prioritasku sejak dulu.

Gi-Hoon berdiri dari kursinya, tubuhnya yang begitu tinggi membuatku yang duduk tepat di belakangnya sedikit kewalahan. Aku tidak bisa melihat apapun yang berada di depanku sekarang.

"Saya akan menjawab dari sudut pandang warga Negara Korea Selatan. Rata-rata orang yang mendapatkan cancel culture atau di-cancel dari lingkar sosial maupun profesional, baik secara online maupun real life, adalah seseorang yang telah melakukan kesalahan fatal bagi kami, warga Negara Korea Selatan."

Semua orang di kelasku termasuk Profesor Choi Yoo Beom kini fokus mendengarkan kata demi kata yang Gi-Hoon ucapkan.

"Contoh, yang sedang ramai diperbincangkan, aktor papan atas sekelas Lee Jong-Suk."

Oke, telingaku menjadi lebih peka saat nama pria itu terdengar.

"Penyebab Jongsuk-ssi di-cancel itu karena kasus pelecehan seksual juga tentang perlakuan tidak sopan dia pada penggemarnya. Saya rasa dengan pria itu di-cancel, cukup menimbulkan efek jera padanya. Sehingga ia tidak berniat melakukannya lagi." Gi-Hoon menjelaskan dengan nada bicaranya yang khas.

It's You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang