4. Sinar Dalam Kegelapan

251 41 0
                                    

Bulan bersinar dengan indahnya. Sinar yang cukup untuk menerangi gelapnya malam ditemani ribuan bintang yang berkedip dengan manja.

Tapi pria tampan bertubuh tinggi itu lebih memilih untuk tetap berada di kegelapan seorang diri.

Ya, saat ini Jong-suk sedang menyendiri di dalam kamarnya dengan lampu yang ia padamkan dan jendela yang tertutup rapat.

"Kalau tau akan kembali menyendiri dalam kegelapan, lebih baik aku pulang ke Seoul." Jong-suk menarik dalam napasnya, "Padahal kemarin aku sudah menemukan bulanku. Bulan, yang siap menerangi langkahku." lanjutnya.

Jong-suk menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Apa yang kupikirkan? Siapa yang ku maksud bulan tadi?" lelaki itu terus meracau.

Ada sebuah pesan yang masuk ke e,-mail Jong-suk tadi sore. Pesan itu berisi hasil foto yang paparazi dapatkan selama Jong-suk di U-do. Beberapa foto itu sudah tersebar luas di internet, dan sisanya tidak disebar.

Seperti ada maksud tersembunyi yang dilakukan paparazi itu. Mengirim foto yang belum ia sebar luaskan pada Jong-suk.

Apa itu sebuah ancaman?

Lebih gawat lagi, ada sebuah foto yang sejak tadi menjadi beban pikiran Jong-suk.

Foto Sabina.

Mereka berhasil mendapatkannya dan foto itu masuk ke dalam foto yang belum mereka sebar.

Bagaikan bom waktu yang bisa kapan saja meledak, Jong-suk takut Sabina berada dalam bahaya jika foto bersamanya disebar luaskan.

Bagaikan bom waktu yang bisa kapan saja meledak, Jong-suk takut Sabina berada dalam bahaya jika foto bersamanya disebar luaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sabina POV

Hari yang kutunggu akhirnya tiba. Hari ini aku berniat untuk kembali ke negaraku. Sudah tidak sabar rasanya ingin makan masakan buatan Mamah! Ah, aku merindukan nasi uduk di pagi hari, bakso di siang hari, dan martabak di malam hari.

Makanan Indonesia adalah makanan terbaik menurutku. Angeurae?

Semua pakaian dan sedikit oleh-oleh untuk keluargaku di Indonesia sudah aku siapkan sejak kemarin. Kini aku hanya harus ke pelabuhan, kemudian melanjutkan perjalanan ke bandara dan terbang ke tanah air, Indonesia.

Aku berjalan keluar dari penginapan sembari menarik koperku. Taksi yang kupesan sudah menungguku di depan. Setelah memasukkan koper ke dalam bagasi, aku membuka pintu taksi seraya duduk di dalamnya.

Baru saja aku ingin menutup pintu taksi, tiba-tiba seseorang menahannya.

"Bina-ya~ anyeong!"

"Bina-ya~ anyeong!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
It's You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang