24. Law and Justice

35 11 3
                                    

📍 Kejaksaan distrik pusat Seoul.

"Sidang perdana tindak pidana, nomor kasus 613. Dakwaan atas tindak kejahatan seksual, pigo-in Lee Gwang-il, di mulai."

Tuk! Tuk! Tuk!

Hakim ketua mengetuk palunya sebanyak tiga kali, pertanda persidangan atas kasus Gwang-il resmi dimulai.

Persidangan kali ini dilakukan secara terbuka karena jujur saja satu negara kini menyorot berita tentang kejahatan seksual yang ahli waris presiden direktur Lee Tae-chan lakukan.

Banyak dari kalangan masyarakat umum yang hadir. Melihat bagaimana terdakwa duduk dengan santai seolah yakin ia tidak akan divonis berlebihan. Lihatlah, Lee Gwang-il kini duduk bersandar sembari menyapu pandangannya ke seluruh ruang sidang. Sama sekali tidak terlihat kepanikan dalam wajah lelaki itu. Gwang-il benar-benar merasa tinggi hati, dan berpikir kalau ayahnya akan menyuap kejaksaan lalu membebaskannya segera.

Lee Jong-suk dan Mr.Park berhalangan hadir hari ini. Lelaki itu harus melakukan pekerjaan yang sudah cukup lama ia tunda.

Jaksa Jin mulai berjalan sembari membawa beberapa dokumen dan diska lepas yang berisi barang bukti. Ia memberikannya pada petugas sidang yang bertugas untuk menayangkan bukti selama persidangan.

Jaksa Jin kembali melangkah menuju bagian tengah ruang sidang,

"Pembacaan surat dakwaan; Pigo-in terekam CCTV sekitar pukul dua dini hari di rumah pihaeja, Bae Suzy-ssi. Pigo-in melancarkan aksinya demi memenuhi hasrat birahinya. Pigo-in menyiksa pihaeja dengan memberikan siksaan yang tidak wajah selama hubungan seksual. Hingga sekitar pukul lima dini hari, pigo-in terlihat mengikatkan sebuat tali pada leher pihaeja, hingga memperlakukan pihaeja layaknya hewan peliharaan. Atas sikap tidak berbudi itu, pihaeja tidak sadarkan diri dan dinyatakan koma selama beberapa hari setelahnya."

Sesaat Jaksa Jin tersenyum sinis pada Gwang-il sebelum akhirnya kembali menghadap hakim ketua, "Kejaksaan mengusulkan vonis minimal dua puluh tahun penjara disertai kebiri kimia. Agar pigo-in tidak lagi menumpahkan hasrat seksualnya pada sembarang wanita."

Ruang sidang itu gempar seketika. Mereka tidak percaya dengan apa yang baru saja didengar, sekaligus setuju dengan usulan jaksa penuntut umum.

Beberapa hari lalu, banyak wanita yang datang ke kantor polisi dan mengatakan kalau mereka juga korban dari hasrat birahi Lee Gwang-il. Diketahui para wanita itu menjadi korban pemerkosaan selagi tengah bekerja. Kebanyakan dari mereka adalah pelayan di suatu restoran sampai sauna.

Wanita-wanita itu meminta agar tuntutan Lee Gwang-il ditambahkan. Mereka baru berani speak up setelah bertahun lamanya.

Itupun karena mendengar ada salah satu korban yang berani speak up. Mungkin kalau Suzy tidak membuka suaranya, akan lebih banyak lagi korban pelecehan yang harus menanggung trauma seumur hidup dari Lee Gwang-il.

Jaksa Jin memutar kembali tubuh seraya berjalan menuju kursi jaksanya. Kemudian ia duduk dengan pandangan lurus ke arah Lee Gwang-il yang tampak masih tenang-tenang saja. Lelaki itu berpikir kalau Jaksa Jin berada di pihaknya.

Gwang-il tidak tahu apa-apa.

Dia tidak tahu kalau presdir Lee justru meminta vonis terberat dari kejaksaan untuk tindak pidana putranya.

Pengacara Song berdiri tepat setelah Jaksa penuntut membaca surat dakwaannya. Pria itu berdiri sembari menggebrak meja cukup kencang, "Keberatan! jaepanjang-nim, apa kebiri tidak berlebihan? kasus ini membahas tentang hubungan seksual antara Lee Gwangil-ssi dan kekasihnya. Apa sepasang kekasih tidak boleh melepas hasrat birahinya?" protes pengacara Song.

It's You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang