12. Pandai Memakai Topeng

65 19 2
                                    

"JANGAN MENDEKAT ATAU WANITA INI TERBUNUH DI DEPAN MATAMU!"

Malam ini, di udara yang dingin, darahku berdesir cepat. Aku mengepal tanganku kuat, mencoba menahan diri, menuruti keinginan Pria Brengsek di hadapanku.

Pria berpakaian serba hitam, menggunakan topi hitam juga masker hitam yang kini tengah menyandera...

Wanitaku.

Mataku tidak henti-hentinya menatap sebilah pisau yang sejak tadi Pria itu genggam. Pisau yang ia jadikan sebagai senjata dan membuat jiwaku semakin ketakutan.

Mungkin itu yang ia pikir.

dan, ia berhasil.

Tanganku semakin mengepal kuat, melihat pria itu menyeringai bangga dengan apa yang ia lakukan sekarang.

Dia benar-benar Pria gila!

"Apa maumu sebenarnya, Saekkia!" teriakku tidak tahan lagi.

"Tolong aku, Jongsuk-ssi.." suara lembut itu menggetarkan hatiku.

"Aku akan menolongmu." jawabku menenangkannya, "Pasti." lanjutku.

"DIAM!" si keparat itu kembali membentak kami.

Emosiku kian memuncak, "YAISH!! Lepaskan Sabina! Masalahmu itu hanya denganku, tidak usah libatkan dia!" Kesabaranku mulai habis.

"Apa kau bilang?" Pria itu tertawa, "Apa menurutmu aku tidak ada masalah dengan wanita ini?! YA! SIAPAPUN YANG KAU SAYANGI KINI NYAWA MEREKA ADA DI TANGANKU!"

Darah di tubuhku semakin berdesir kencang. Begitupun dengan urat di tangan dan leherku yang nampak sangat jelas sekarang.

Aku tidak bisa diam saja.

ku langkahkan kakiku kembali, mencoba merebut Sabina dari dekapannya.

"APA KAU TULI?! SUDAH KUBILANG JANGAN MENDEKAT!"

Dia benar-benar sudah kehilangan akal.

Aku menarik nafas panjang mencoba berpikir dan mencari cara agar bisa keluar dari situasi ini. Bisa kulihat, di depanku Sabina semakin ketakutan. Bahkan air matanya terus mengalir. Aku tersenyum singkat mencoba menenangkannya, "Kumohon kau tenang, Sabina-ssi. Aku akan segera menyingkirkan sampah ini. Percaya padaku."

Sabina hanya diam dengan air mata yang mengalir di pipinya.

"Lepaskan dia." nada suaraku merendah, Mungkin kekerasan tidak berguna lagi saat ini.

Aku takut tindakanku akan melukai Sabina.

Semoga keberuntungan berada di pihakku.

Jaebal ..

"Lalu?" Pria itu bertanya.

"Aku tidak sedang bercanda."

"Apa aku terlihat bercanda?" Pria itu tertawa meremehkan, "Sepertinya kau mempermainkanku." lanjutnya.

"Apa kau tahu, kini kau terlihat bajingan sekali. Aah, pengecut lebih tepatnya. Menyandera Wanita tidak bersalah." ucapku.

"Aah~~ Arraseo, arraseo. Mari kita sudahi permainan ini. Apa itu yang kau mau?"

Aku tidak menjawab. Pria ini sungguh licik. Aku tidak tahu apa yang kini Psychopath itu pikirkan.

It's You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang