5.

34.5K 1.7K 18
                                        


Maura mengerjabkan matanya saat tangannya tarasa ada yang menyentuh dan menggoyang-goyangkan dengan pelan.

Ia membuka mata dengan sedikit menyipit karena cahaya lampu.

"Mas Ghazi? Ngapain di sini?" pekik Maura tertahan.

Hampir saja Maura berteriak karena kaget melihat Ghazi tiba-tiba ada di samping tempat tidor yang ia tempati.

Saat sadar ini adalah kamar milik Ghazi, Maura dengan cepat bangun dan melepaskan dengan sangat hati-hati tangan Zahra yang masih melingkar memeluknya. Setelah itu Maura bangun dari baringannya, menyandarkan tubuh pada kepala ranjang.

"Masih malam loh Mas kok udah dibangunin aja?" ujar Maura yang sedikit protes.

"Kita sholat tahajud yuk Ra. Kita sholat sama-sama," ajak Ghazi.

"Sho ... sholat?" tanya Maura.

Ghazi mengangguk dan menatap serius pada Maura.

"Em...,"

Maura tidak langsung menjawab. Wanita cantik itu berpikir lama sebelum menatap Ghazi.
Tidak tahu juga ia harus menjawab apa karena saat disuruh untuk sholat isya tadi pun Maura enggan dan berakhir tidur cantik dengan memeluk tubuh Zahra.

Maura mengernyit melihat jam yang menenpel di dinding dan tepat berhadapan dengan ranjang yang sedang ia duduki ini.

"Mas Ghazi tapi ini masuh jam 2 malam dan Mas Ghazi ngajak aku sholat?" tanya Maura dengan benar-benar bertanya pada Ghazi.

Ghazi mengangguk dan mengusap pelan wajahnya.

"Iya makanya aku ajaknya sholat tahajud kalau udah jam 4 itu artinya aku nanti ngajak kamu buat sholat subuh," jelas Ghazi dengan sabar.

Tidak suka. Itu hal yang ada di hati Maura untuk Ghazi saat ini. Selama beberapa tahun ini tidak ada yang membangunkannya pada jam dua pagi hanya untuk sholat tapi mengapa setelah menikah dan baru sehari ini kenyamanan tidurnya sudah diganggu oleh Ghazi. Sangat menyebalkan.

"Harus banget ya Mas, sholat ... apa tadi namanya?" tanya Maura.

Ghazi sampai tidak percaya jika Maura tidak tahu nama sholat di sepertiga malam itu apa. Ini gadis pernah sholat apa tidak sebenarnya? Jangan-jangan ia mrnikahi gadis yang jauh dari sholat dan ibadah lainnya.

"Sholat tahajud. Udah bangun aja lalu wudhu. Aku wudhu di kamar sebelah," ujar Ghazi.

Tanpa menunggu jawaban dari Maura, Ghazi pergi begitu saja kaluar dari kamar. Maura menghela nafas berkali-kali.
Rambutnya ia acak pelan sambil memasang wajah yang tidak ada binar kesenangan sedikit pun.

"Masih ngantuk juga. Ini kenapa harus bangun sih setahu aku juga yang wajib itu sholat isya, subuh, zhuhur, ashar, dan maghrib aja deh. Selain itu sunah semua," gumam Maura.

Dengan malas gadis itu bangun dari tempat tidur dan mendekati kamar mandi. Meskipun ia jarang sholat tapi Maura tetap ingat urutan dan tata cara berwudhu sesuai sunah Rasulullah.

Setelah keluar dari kamar mandi, sambil mengusap wajahnya yang basah oleh air wudhu. Maura mendekat pada Ghazi yang memegang sesuatu di tangannya. Sepasang alat sholat sambil menatap padanya. Jantung Maura berdegub karena tatapan Ghazi padanya.

"Emm Mas Ghazi udah selesai wudhunya?" tanya Maura.

Maura menggerakkan kakinya lebih dekat pada Ghazi saat pria itu mengangguk dan menunjukkan bahasa tubuh agar Maura mendekat.

"Berarti kamu nggak jadi sholat isya ya tadi malam? Aku lihat ini masih ada di tempat semulanya," ujar Ghazi.

Maura menahan nafas yang terasa sangat susah. Gadis itu menunduk dengan kedua tangan yang ia genggam.

"Aku terlalu ngantuk tadi malam Mas, jadi langsung tidur aja. Mas Ghazi juga tahu kan sebetapa lelahnya kemarin harus berdiri di depan banyak orang belum lagi harus nahan senyum?" jawab Maura.

Maura bukannya mengada-ada mrngatakam semua itu, itu hal yang ia rasakan kemarin tapi tetap bagi Ghazi, semua itu bukan alasanu untuk bisa meninggalkan sholat.

"Lelah mungkin boleh menjadi alasan untuk menunda sholat tapi tidak untuk meninggalkannya, Maura. Sekarang kamu masih bisa sholat isya dan setelah itu sambung dengan sholat sunah tahajud ya," kata Ghazi.

Ghazi tersenyum kala tangan Maura mau terulur untuk menerima alat sholat darinya. Sepertinya harus sedikit ekstra dalam membimbing istrinya ini.

"Kita sholat di sebelah sana," kata Ghazi lagi.

Ghazi melangkah lebih dulu pada ruang antara pinggir ranjang dengan tembok yang lumayan luas.
Membentang dua sajadah di sana. Satu untuknya dan satu lagi untuk Maura.

Maura masih dengan hati yang sedikit malas berjalan mendekat pada Ghazi dan memakai mukena. Mukena ini sepetti belum pernah dipakai.

"Air wudhu tadi benar-benar membuat aku kehilangan rasa kantuk," gumamnya.

Setelah melaksanakan sholat isya di akhir waktu, Maura sholat sunah tahajud, tidak banyak karena gadis itu hanya melakukan dua raka'at. Masih terasa asing dengan yang namanya sholat tahajud.

Ghazi melepas kopiahnya dan menggeleng pelan saat melihat Maura yang langsung naik lagi ke atas tempat tidur bahkan gadis itu melupakan bawahan dari pakaian sholat yang masih ia kenakan.

"Saking ngntuknya atau saking belum pernahnya bangun di malam begini?" tanya Ghazi dalam hati.

Ghazi beralih menghayati setiap bacaan yang ia baca dari firman Allah. Ghazi yang siangnya selalu menghabiskan waktu di kantor untuk bekerja kadang tidak ada waktu untuk sekedar membuka Al-qur'an. Maka di malam hari ia selalu meluangkan waktu untuk membaca satu atau dua lembar dari Al-qur'an.

Sementara Maura kembali terlelap di atas tempat tidur dan dalam hangatnya dekapan selimut. Matanya tertutup rapat, namun sesaat ia buka kelopak matanya saat terdengar suara merdu milik Ghazi melantunkan bacaan Al-qur'an.

"Kalau nyanyi pasti suara Mas Ghazi juga bagus," gumam Maura.

Awalnya Maura sampai memuji dalam hati betapa merdunya suara Ghazi, saking menikmatinya Maura sampai terlelap dengam suara Mas Ghazi yang ia jadikan sebagai pengantar tidur.

Sementara Ghazi sendiri yang telah usai membaca sampai tiga lembar dari mushaf Al-qur'an lalu meletakkan lagi kitab suci itu pada tempat biasanya. Masih dengan sarung yang ia kenakan Ghazi kembali ke atas sofa dan tidur di sana. Karena merasa badannya pegal dan ini pertama kalinya ia tidur di sofa. Ingin rasanya Ghazi tidur di atas tempat tidur yang biasanya ia gunakan.

Ghazi menoleh dan manatap lama pada bagian ranjang kosong di bagian samping Maura. Karena Zahra tidur terlalu di pinggir dan Maura yang memeluk Zahra maka ranjang di bagian kiri Maura masih kosong.

"Samping Maura kosong," gumamnya.

Ghazi mengganti pakaian yang ia gunakan untuk sholat dengan pakaian tidur yang sempat ia pakai tadi. Dengan keberanian yang penuh ia dekati ranjang dan berdiri di samping Maura yang terlelap dengan miring pada Zahra.

"Kamu nggak dosa Ghazi. Maura kan udah sah kamu nikahi kemarin jadi tidak akan ada dosa kalau kamu berdekatan dengan dia," gumam Ghazi lagi.

Ghazi menghembuskan nafas berkali-kali lalu merebahkan tubuhnya di samping Maura.

Meletakkan kaki kanannya di atas kaki kiri dengan tubuh yang terlentang sempurna, merasakan nikmatnya berbaring di atas tempat tidur tanpa harus merasa sempit seperti di atas sofa tadi.














Ungkapan Takdir (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang