"Ini jusnya Mas. Maaf ya kalau nanti rasanya nggak sesuai dengan yang Mas mau," kata Maura.
Maura meletakkan segelas jus jeruk di atas meja tepat di hadapan Ghazi.
"Terima kasih. Sekarang kamu istirahat dulu nanti kita ke makam," kata Ghazi.
"Iya Mas. Aku mau lihat Zahra dulu ya. Biar suruh dia siap-siap," kata Maura yang lamgsung diangguki oleh Ghazi.
"Dilla ikut Kak."
Maura tersenyum pada Dilla.
"Iya Dill. Ayo," kata Maura.
Dilla dan Maura meninggalkan Ghazi yang sedang minum jus jeruk hingga setengah gelas.
"Alhamdulillah. Enak," gumam Ghazi.
Setelah juz dalam gelas cantik itu benar-benar habis terdengar suara adzan, petanda sudah masuk waktu sholat ashar. Ghazi bangkit dari duduknya, melangkah menuju kamar untuk berganti pakaian sekalian berwudhu.
Di kamar, Maura tengah duduk dengan meluruskan kaki ke depan dan berharap pegalnya hilang. Entah kenapa hari ini ia merasa capek yang luar biasa padahal ia hanya duduk di dalam mobil dan berjalan sedikit, tapi mungkin ini efek karena ini adalah hari pertama ia halangan. Setelah dari kamar Dilla yang ada Zahra di sana Maura masuk ke kamarnya.
Zahra memang tidur bersama Dilla. Pakaian adik tersayang Maura itu juga diletakkan di salah satu lemari yang ada dalam kamar Dilla.
Biasanya jika haid di hari pertama banyak perempuan yang sampai menangis karena menahan sakit di bagian pinggang hingga ke perut bagian bawah. Bersyukur Maura tidak merasakan sakit yang terlalu berlebihan saat halangan tiba.
"Capek ya?" ujar Ghazi yang tiba-tiba sudah ada di dalam kamar dan tengah menutup pintu.
Maura yang meletakkan sebelah tangannya pada betis dengan gerakan seperti memijat menoleh pada Ghazi.
"Iya Mas. Sedikit capek aja kok. Mas Ghazi sholat ke masjid?" jawab sekaligus tanya Maura.
"Sholat di masjid. Cuma mau ganti baju ke sini sambil wudhu," jawab Ghazi.
Maura mengangguk dan tersenyum. Ia perhatikan Ghazi yang berjalan ke arah kamar mandi untuk berwudhu. Mengambil inisiatif, Maura turun dari tempat tidur dan mamasuki walk in closet.
Maura mulai memilih pakaian untuk Ghazi gunakan sholat ke masjid. dua hari menjadi istri dari Ghazi, Maura sedikit tahu apa saja yang Ghazi butuhkan saat akan sholat.
"Semoga Mas Ghazi mau pakai pakaian yang aku siapkan ini," gumam Maura penuh harap.
Baju putih dengan celana coklat tua yang ia siapkan untuk Ghazi. Tidak lama Ghazi muncul di balik pintu dan sedikit terhenyak melihat Maura yang ada di sana.
"Kirain ke mana," ujarnya pelan.
"Maaf, Mas. Ini aku siapkan baju Mas ya. Aku keluar dulu," kata Maura.
"Terima kasih," jawab Ghazi.
***
Setelah Ghazi keluar dari walk in closet, Maura tersenyum melihatnya karena Ghazi mengenakan pakaian yang tadi ia sediakan. Tidak bisa dipungkuri jika Ghazi sangatlah tampan. Apalagi dengan kopiah di atas kepala yang membuat sinar ketakwaan itu hadir berseri di wajah sang suami.
Seketika Maura insecure pada Ghazi. Merasa jika dirinya tidaklah pantas ada di sisi Ghazi sebagai seorang istri. Ghazi di Sholeh dan ia yang masih sangat awam dengan ibadah pada Ilahi.
"Kamu ngapain bengong lagi Ra? Sering-sering baca istighfar biar nggak keseringan bengong. Kadang syaitan suka sama manusia yang sering bengong," ujar Ghazi sedikit mengejutkan Maura.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ungkapan Takdir (Tamat)
RomanceTidak ada opsi penolakan bagi Maura untuk perjodohan paksa yang dilakukan orang tua angkatnya. HARUS MENERIMA dan itu adalah awal warna-warni hidup barunya. Akankah Maura bahagia atau malah semakin ditikam derita dengan adanya kata "sah" antara ia...