16.

17.1K 1K 6
                                        


"Jangan ngambek. Kamu itu cantik dan akan semakin terlihat cantik kalau kamu tersenyum. Apalagi tersenyum untuk suami itu akan diberi nilai pahala oleh Allah," kata Ghazi dengan bibir yang menyungging senyum.

"Ehem. Ada anak di bawah umur loh Kak di sini. Omongannya tuh dijaga," sindir Dilla.

Ghazi menoleh sedikit ke belakang guna melihat sang adik.

"Omongan yang mana yang harus dijaga Dill? Perasaan nggak ada omonganku yang kelewat batas," ujar Ghazi.

"Yah yang tadi pokoknya," kata Dilla.

"Iya yang mana coba kamu ulang lagi," tanya Ghazi lagi.

"Cape deh Kak. Kak Ghazi nggak lupa ingatan kan, ya?" Dilla malah berganti bertanya pada Ghazi.

"Kak," panggil Zahra tiba-tiba.

Gadis kecil itu yang sedari tadi diam kini memanggil "kak" entah ditunjukkan untuk siapa.

"Iya Sayang?" jawab Ghazi dan Muara dengan serentak.

Ghazi dan Maura saling pandang lagi untuk beberapa detik.

"Ehem," dehem Dilla dengan sengaja dan masih menunjukkan wajah menggoda pada Ghazi dan sang kakak ipar.

"Kenapa, Dek?" tanya Maura lebih dulu.

Ghazi ikut sedikit menoleh dan di sela fokusnya pada jalanan.

"Zahra boleh pinjem hp Kak Maura nggak?" tanya Zahra pada Maura.

Maura tersenyum dan mengangguk. Mengambil ponsel dari dalam tas dan kala hendak memberikannya pada Zahra tapi kalah cepat dengan Ghazi yang ternyata lebih dulu menyodorkan ponselnya pada Zahra.

"Loh, Mas?" bingung Maura.

"Pake hp Kak Ghazi aja ya, Dek. Sama aja kok kayak punya Kak Maura," ujar Ghazi dengan senyum yang menenangkan.

"Pake hp Kak Dilla bisa kok. Tapi kita pake hp Kak Ghazi aja deh. Buat selfie tuh bagus kayaknya maklum hp mahal ini ya," sahut Dilla.

"Pake aja," kata Ghazi.

"Oke Kak. Ayo Dek."

Dilla dan Zahra sibuk memainkan ponsel milik Ghazi. Mereka berfoto ria dan menghibur diri agar tidak terlalu jenuh dengan kemacetan jalanan kota.

Sedang Ghazi dan Maura sama-sama terdiam tidak ada yang bersuara. Mereka bergelut dengan pikiran masing-masing.

"Kenapa kayaknya Mas Ghazi terlihat sayang ya sama Zahra? Nggak mungkin cuma perasaan aku aja," gumam Maura yang sedang melihat ke arah luar jendela.

"Maura cantik dan dia juga gadis yang baik tapi apa aku bisa buat luluhkan hati Maura agar bisa menerima perjodohan ini? Aku yang terlihat tidak humble ini apakah bisa mendapatkan hati Maura?" gumam Ghazi.

"Tok"

"Tok"

"Tok"

Ghazi membuka jendela sebelah kemudi saat terdengar ada yang mengetuk dari luar dan ternyata seorang anak lelaki yang kira-kira usianya lebih kecil dari usia Zahra yang mungkin baru 6 tahun.

Semua orang pasti tahu apa yang gadis kecil itu lakukan. Apalagi jika bukan mengumpulkan pundi-pundi rupiah dengan mendatangi satu persatu kendaraan roda empat dan dua di kala sedang ada kemacetan seperti ini.

Ghazi mengeluarkan tiga uang ratusan ribu dari dalam dompet hitam pekatnya. Membuka jendela lebih rendah dan menyodorkan dengan senyum manis pada bocah itu.

"Semoga bisa membantu dan bermanfaat ya, Dek," ujar Ghazi.

Bocah itu terlihat seperti terkejut dengan warna uang yang dilipat oleh Ghazi. Bukan seperti lagi tapi ia memang tampak terkejut.

Ungkapan Takdir (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang