Hari ini Yeri kembali dengan aktivitas seperti biasanya. Dengan di bantu sang pengasuh Yeri tengah bersiap-siap untuk pergi bersekolah. Dan Karena sekolah Yeri khusus untuk anak-anak jadi Yeri masih dibolehkan untuk memakai pakaian bebas.
Irene disana. Melihat semua tindakan yang dilakukan sang pengasuh pada putrinya. Dirinya memilih diam karna masih belum tahu apa saja yang harus di perlukan oleh putrinya. Hingga ia harus melihat dulu bagaimana sang pengasuh memperlakukan Yeri agar ketika dirinya melakukan itu Yeri terasa nyaman.
"Bibi aku mau di kepang dua ya" Pinta Yeri sedikit mendongak menatap pengasuhnya.
"Iya"
"Sekarang bi!"
"Iya non, sebentar"
Yeri mengangguk lalu kembali melihat dirinya sendiri didalam cermin. Tak sengaja di dalam cermin ia melihat Irene yang tengah memperhatikannya.
"Eomma" Panggil nya.
Irene menyaut lalu bertanya. "Kenapa?"
Yeri menggeleng. Ia hanya memberikan senyuman manisnya pada Irene. Irene pun membalasnya juga.
"Nah sudah non" Ucap sang pengasuh.
Yeri turun dari kursi. Ia menghampiri Irene yang duduk di sisi kasur nya.
"Eomma bagaimana menurutmu?" Tanya Yeri ketika sudah di hadapan Irene.
Irene mengangguk. "Cantik. putri Eomma sangat cantik"
Yeri tersipu malu ketika mendengar pujian dari sang ibu.
"Non Yeri ayo. Paman Young sudah siap"
Yeri mengangguk ia pun bergegas untuk keluar. Tak lupa sang pengasuh mengalungkan botol minum yang bergambar beruang pada leher Yeri.
Namun langkah Yeri terhenti ketika sampai di pertengahan pintu. Ia berbalik dan menghampiri Irene yang masih duduk di sisi kasur nya.
"Eomma ayo" Ucap Yeri menarik lengan Irene
Irene menggeleng. "Eomma ga ikut"
Raut Yeri langsung berubah sedih. Padahal ia sangat berharap ibunya akan ikut menemaninya di sekolah.
"Mianhae"
Irene mengusap rambut Yeri lembut. Menatap sendu, tak tega melihat raut sedih Putrinya. Namun bagaimana lagi, Suho menyuruhnya untuk beristirahat dirumah dan tidak boleh keluar dulu sebelum benar-benar pulih.
"Arraseo aku mengerti" Pasrah Yeri.
Irene mengangguk. Mencium kening Yeri lama lalu melepaskannya.
"Gak apa-apa sayang. Lain kali Eomma pasti menemanimu"
Yeri mengangguk lalu dengan langkah lesu ia pun pergi dari sana. Sang pengasuh hanya bisa menatap iba anak majikannya itu.
■■■"Jimin-ah"
"Ne?"
"Soal ajakan tadi, mianhae. aku tidak bisa. Hari ini Jadwalku sangat padat" Ucap Seulgi menolak ajakan makan malam bersama kekasihnya.
Jimin mengangguk. "Geura aku mengerti"
"Kau tidak marah?"
Jimin terkekeh. "Untuk apa aku marah, hm? Kau dokter dan aku juga dokter, apa kamu lupa?"
Ya, Jimin juga seorang dokter. Jadi mana mungkin ia lupa dengan kegiatan seorang dokter? Lagi pula ia menawarinya saja. Untuk terima atau tidaknya itu tidak jadi masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUG ME (Hope 2)
Teen Fiction"Appa!" "Yes baby, ada apa hm?" "Tante itu siapa?" Tunjuk seorang gadis kecil Pria itu tertegun. "Itu...." WARNING, CERITA INI HANYALAH FIKSI BELAKA!!!