33

1.2K 140 32
                                    

Typo bertebaran...

Irene merasakan tubuhnya sakit luar biasa. Dia masih berusaha menyesuaikan penglihatannya. Dinding cat berwarna putih, bau obat-obatan dan selang infus yang tertancap di punggung tangannya.

Irene hanya bingung, kenapa dia bisa dirumah sakit? Seingatnya ia ada rumah.

Irene ingin bangun dari posisi tidurnya. Namun dia merasakan tubuhnya terasa berat. Baru sadar jika seseorang sedang tidur di samping tubuhnya dengan tangan memeluk erat pinggangnya.

"Kau sudah bangun?"

Atensi Irene teralihkan, Melihat Suaminya yang berdiri sembari menatapnya.

"Sshh" ringisnya.

"Kenapa? Ada yang sakit? Katakan chagi-ya" Cemas Suho melihat sang istri yang sepertinya kesakitan.

"Ah andwe~" lirihnya sembari melihat Yeri yg tidur disampingnya.

Suho Merutuki kebodohannya. Pantas saja istrinya meringis karena ada Yeri yang tertidur disampingnya dengan memeluk erat. Istrinya itu pasti merasa sempit.

"Astaga aku lupa, aku akan memindahkannya" Begitu Suho ingin mengambil Yeri Irene menahannya.

"Biarkan dia disini" ucapnya dengan lemah.

"Baiklah"

Rasanya sangatlah bahagia, melihat kembali wajah putri bungsunya yang selama ini Ia rindukan. Sekali lagi, ia kembali merasakan penyesalan karena beberapa bulan ini ia mengabaikan putri kandungnya sendiri.

"Baby maaf~" Irene Mengecup Lamat pucuk kepala sang putri dengan lembut.

"Dia tidak jadi pergi, kan?" Tanya Irene memastikan.

Suho mengangguk tersenyum. "Ya, Yeri akan bersama kita lagi"

Seketika air mata Irene turun tanpa di perintah. Menangis haru karena berita baik ini.

"Kau senang?"

Irene menangis tersenyum.

"Tentu" lirihnya sembari membalas pelukan Yeri tak kalah erat.

"Sudah, Jangan menangis lagi. Nanti putriku terbangun" Ucap Suho lembut sembari mengusap air mata istrinya yang jatuh.

"Putriku juga" ucap Irene tak mau kalah.

Suho terkekeh. Ia senang karena sekarang istrinya mau menganggap Yeri putri kandungnya. Tidak seperti sebelum-sebelumnya.

"Kau tau? Tadi Yeri menangis melihatmu seperti ini"

"Jinja?"

Irene melihat wajah Yeri dan benar saja mata anaknya itu bengkak seperti habis menangis.

"Em, sepertinya dia juga sudah memaafkanmu"

"Aku tau" ucap Irene sudah langsung tahu.

Dengan Yeri yang berada disisinya saja Irene sudah tahu kalau putrinya sudah memaafkannya. Lagi pula itu semua bukan salah putrinya melainkan kesalahan yang dibuat dirinya sendiri.

Karena asik berbicara mereka tak sadar bahwa Yeri terusik.

"Eomma" ucap Yeri dengan suara serak.

Melihat Ibunya yang sudah membuka mata Yeri kembali menangis.

"Eomma, akhirnya kau bangun hiks"

"Eomma kenapa? Kenapa tidur terus~"

"Jangan tinggalin Yeri hiks"

Menenggelamkan kepalanya di cekuk leher ibunya, Yeri menangis disana. Ia tidak mau kehilangan sang ibu.

Irene membalas pelukannya. Ia mengusap-ngusap punggung Yeri yang bergetar. Terkekeh pelan karena sikap Yeri yang begitu.

HUG ME (Hope 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang