"Eomma"
"Yerim"
"Eomma"
"Yerim, kau benar Yerim?"
"Iya Eomma ini aku" ucap Yerim tersenyum manis
Irene menangkup wajah Yerim dengan tangan bergetar. Ia masih tidak percaya akan dipertemukan kembali Dengan putri sulungnya.
"Yerim, Eomma merindukanmu"
Irene memeluk erat Yerim."Yerim juga merindukan Eomma" ucap Yerim membalas pelukan itu tak kalah erat.
"Kau kemana saja, Huh? Kenapa kau tidak mau menemui Eomma?" Tanya Irene setelah melepas pelukan itu. Air matanya bahkan sudah tumpah Karna rasa bahagia.
"Mianhae Eomma"
"Em tak apa, yang penting kau kembali"
Irene memeluknya lagi melepas rindu yang ia simpan selama ini. Mengusap-ngusap Surai rambut Yerim seperti kebiasaanya dulu.
"Jangan pergi lagi" pinta Irene.
"Tidak Eomma"
"Kenapa?"
"Maaf"
"Kenapa kau menolak Yerim? Jawab Eomma?!" Cerca Irene yang tidak terima.
"Kau mau meninggalkan Eomma lagi, iya?!"
Irene mengguncangkan bahu putrinya agar menjawab. Namun Yerim malah menunduk diam saja.
"Yerim jawab?!"
Yerim akhirnya mendongak dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kita sudah berbeda, Eomma"
Degh
Seperti tersadar dari kenyataan Irene menggeleng tak percaya
"Tidak-tidak, kau tidak boleh pergi Yerim. Kau tidak boleh pergi"
Mengenggam erat tangan Yerim seolah tak mau Yerim pergi lagi.
"Yerim minta maaf Eomma. Yerim harus pergi"
"Tidak! Jangan pergi sayang, Eomma kesepian. Eomma butuh kamu" Mohon Irene agar Yeri tidak benar-benar pergi.
Yerim tersenyum getir. "Eomma, kau lupa? Ada adik disana. Dia juga butuh Eomma" ucap Yerim dengan tatapan kecewanya.
"Dia bukan adikmu sayang dia itu--"
"Jangan bohong, Eomma. Aku sudah tau semuanya dan aku melihatnya"
Irene merasa bersalah. Ia telah mengingkari janjinya pada Yerim agar tidak memilki adik lagi selain Yerim.
"Maaf sayang. Maafkan Eomma. Tolong jangan pergi" mohon Irene sekali lagi.
Dalam sedetik tatapan Yerim berubah melembut dan itu membuat Irene terkejut.
"Geurae aku mengerti"
"Kau tidak marah?"
Yerim menggeleng tersenyum. "Tadinya aku marah Eomma. Tapi setelah aku tau aku akan pergi aku sangat bersyukur. Setidaknya ada adik yang akan menemani Eomma setelah kepergian ku"
"Andwe kau tidak boleh pergi sayang" cegah Irene mempererat genggamannya.
Yerim melepaskan paksa genggaman itu dan mulai memundurkan langkahnya.
"Maaf Eomma kita sudah berbeda dan aku harus pergi"
"Andwe Yerim! Sayang, jangan tinggalin Eomma" Irene menangis tersedu disana. Bak sihir kakinya sama sekali tidak bisa digerakkan untuk mengejar Yerim.
"Yerim!"
"Jangan tinggalkan Eomma"
"Yerim!"
Irene berteriak namun tidak ada gunanya. Ya Yerim benar-benar pergi meninggalkan ibunya yang menangisi disana.
Setelah memimpikan itu Irene sedikit berubah perlakuannya pada Yeri. Mulai menerima kehadiran Yeri dan mencoba untuk tidak bermain fisik dengannya lagi. Ya walaupun masih bersikap seperti itu Dalam hati Irene berbanding terbalik Karna mulai menyanyangi putri bungsunya.
kadang-kadang karna masih takut dengan putri sulungnya yang melihat diatas lalu merasa iri Irene kelepasan dan berakhir dengan perlakuan kasarnya pada Yeri kembali terjadi. Namun dibalik itu setelahnya Irene akan merasa sangat menyesal karna memperlakukan putri bungsunya dengan buruk.
☆☆☆☆
Jangan lupa vote komen yang banyak terimakasih gaess
See u
Cirebon, 1 Maret 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
HUG ME (Hope 2)
Ficção Adolescente"Appa!" "Yes baby, ada apa hm?" "Tante itu siapa?" Tunjuk seorang gadis kecil Pria itu tertegun. "Itu...." WARNING, CERITA INI HANYALAH FIKSI BELAKA!!!