"Imo kita mau kemana?" Tanya Yeri yang sedari tadi mengikuti langkah kedua orang dewasa itu.
Seulgi tak menjawabnya. Ia malah terus berjalan menuntun Yeri menyusul kakaknya yang sudah di depan.
"Imo hentikan. aku lelah," ucap Yeri mengeluh karena kakinya sangat pegal Sehabis melakukan olahraga di sekolah dan sekarang mereka berjalan di tempat yang banyak pepohonan dan tidak kunjung berhenti.
Kedua orang dewasa itu berhenti. Seulgi menatap Yeri yang terlihat kelelahan.
"Yeri, Sebentar lagi kita sampai Jadi--"
"Kita tinggalkan saja dia disini" potong Irene dengan dingin.
Seulgi melotot terkejut. Bagaimana mungkin mereka meninggalkan Yeri ditempat sepi seperti ini. Ia pun menggeleng.
"Unnie Jangan gila Ini tempat yang rawan" ucap Seulgi karena memang tempat itu sepi dan tidak ada siapapun disana.
"Kalau begitu beri dia pilihan tetap berjalan atau kita tinggalkan dia disini"
Seulgi menatap Yeri memohon. Yeri yang di tatap seperti itu akhirnya mengangguk. Mau tak mau ia ikut dengan ibu serta imonya. Ia sangat penakut jadi mana mungkin ia menunggu mereka disini.
"Kajja"
Mereka pun melanjutkan perjalanan nya hingga beberapa menit akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.
Yeri sempat tertegun karena tujuan mereka adalah tempat pemakaman. Bulu kuduknya terasa merinding ketika angin menerpa telinganya.
"Yeri ayo" ajak Seulgi untuk mengikutinya.
Dapat Yeri lihat ibunya sudah berdiri di satu makam. Entah makam siapa itu Yeri belum mengetahuinya.
Setelah sampai Yeri memilih diam dan memperhatikan makam itu dengan seksama. Sedangkan Irene dan Seulgi nampaknya tengah berdoa untuk orang di dalam makam itu.
Dalam hati Yeri bertanya-tanya siapa pemilik makam itu. Dirinya belum lancar membaca jadi ia tidak tahu pemilik makam itu walau ada nisan yang sudah tertulis nama pemiliknya.
Kemudian Irene yang terlihat selesai berdoa berjongkok di makam itu lalu mengusap nisan itu dengan tangannya.
Yeri menajamkan pendengarannya ketika mendengar suara Isak tangis. Ya, ibunya menangis di depan makam itu.
"Eomma sangat merindukanmu, Yerim" ucap Irene di sela tangisnya.
Yeri tentu mendengarnya. Ia begitu terkejut. Ternyata ia sedang di depan makam kakak kandungnya, Kim Yerim.
"Kakak" Gumam Yeri sangat pelan. Tangannya meremas ujung mantelnya. Matanya sudah berkaca-kaca ingin menangis.
"Kau sudah tau, Yeri?" Tanya Seulgi menatap Yeri. Yeri mengangguk lemah memberitahu jika ia sudah tau tentang kakak kandungnya.
Seulgi sudah tau semuanya dari bibi Yoon. Bibi Yoon menceritakannya pada Suho dan juga dirinya bahwa Yeri sudah mengetahui tentang kakaknya semenjak Irene dan Suho bertengkar. Jadi sekarang Seulgi sudah tak kaget lagi pada Yeri yang sudah mengetahui semuanya.
"Eomma kesepian, Yerim"
"Tidak ada lagi yang menghibur, Eomma hiks"
"Eomma sangat merindukanmu, Yerim"
"Kau putri Eomma satu-satunya"
"Unnie" panggil Seulgi memperingatkan.
"Kau tau?"
"Eomma tidak bisa melupakanmu Baby, Eomma tidak bisa hiks hiks"
Beruntung Yeri berdiri di paling belakang sehingga Seulgi maupun Irene tidak tahu jika Yeri sudah meluruhkan air matanya mendengar perkataan yang menyakitkan itu. Hatinya terasa tercabik-cabik mendengar ibunya tak menganggapnya. Ingin rasanya Yeri berteriak marah dengan ibunya namun apa boleh buat Yeri tidak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUG ME (Hope 2)
Fiksi Remaja"Appa!" "Yes baby, ada apa hm?" "Tante itu siapa?" Tunjuk seorang gadis kecil Pria itu tertegun. "Itu...." WARNING, CERITA INI HANYALAH FIKSI BELAKA!!!