30

1K 138 28
                                    

"Bibi Yoon Appo hiks hiks" Isak Yeri sedari tadi karena merasakan perih di seluruh tubuhnya.

"Iya non bibi tahu, bibi usap-usap yah" sabar Bibi Yoon yang berjalan kesana kemari mencoba menenangkan Yeri walau sedikit sulit karena tiang infusnya.

"Appo~"

Mereka sepertinya tidak menyadari kehadiran Irene karena mereka sedang membelakangi pintu.

"Non mau apa hum? Mau minum? Bibi ambilkan ya"

Bibi Yoon memutar tubuhnya ingin mengambil minum dan ketika melihat ada nyonya ya ia terkejut.

"Ah nyonya" sapa Bibi Yoon.

Melihat ada Irene, Yeri langsung menenggelamkan wajahnya di cekuk leher sang pengasuh. Ia tidak ingin melihat Ibunya ada disini.

"Yeri, ini Eomma" lirih Irene.

Yeri tidak menjawab dan malah mengencangkan pelukannya itu.

Namun Karna itu Tanpa pikir panjang Irene langsung mengambil Yeri dari bibi Yoon dan itu membuat Yeri kembali menangis.

"Tidak mau~"

"Bibi Yoon hiks hiks~"

"Yeri tidak mau dengannya"

Yeri memberontak di gendongan Irene. Walaupun badannya cukup besar namun Irene tetap mampu menggendongnya.

"Yeri, Eomma disini nak"

Yeri tidak peduli. Ia benar-benar tidak ingin dengan ibunya sendiri. Ia terus memberontak. Sudah cukup ia merasakan sakit selama ini.

"Imo hiks hiks"

Yeri melihat imonya disana dan meminta bantuan. Seulgi ingin membantu namun ditahan oleh Wendi.

"Eomma minta maaf, Eomma salah selama ini"

Lama menangis akhirnya Yeri kelelahan juga. Yeri tidak seberontak tadi dan kini tengah tertidur pulas karena nyaman dengan usapan lembut ibunya.

Sesekali Yeri mengigau karena masih mengingat ketika dipukul ayahnya.

"Appa, appo~"

"Ssst Eomma tahu sayang dan itu tidak akan terjadi lagi denganmu"

Selain luka fisik Yeri juga mengalami trauma setelah mendapatkan bentakan bahkan pukulan dari ayahnya. Ditambah dengan Irene yang terus menyudutkan Yeri selama ini.

☆☆☆☆

Irene menggeleng. "Tidak, dia putriku, Dan kau tidak berhak membawanya pergi." ia sangat menyesal mengatakan hal yang menyakitkan pada Yeri dulu. Ia juga tidak terima jika Yeri di bawa pergi.

"Percuma Unnie, aku tetap akan membawanya pergi!"

Seulgi sudah memutuskan untuk menerima program itu karena Yeri juga ikut dengannya. Tidak peduli dengan kakaknya yang tidak mengizinkan karena ia sudah tau perlakuan Irene selama ini ditambah dengan kejadian ini yang menimpa ponakannya.

Wendi yang sedari tadi mendengar keputusan Seulgi terkejut. Seulgi memisahkan Yeri dengan Irene begitu saja.

"Lalu Bagaimana denganku, huh? Aku ini ibunya!"

"Ibu macam apa yang terus menyudutkan anaknya sendiri!" Balik Seulgi tak mau kalah dengan kakaknya.

"Ya, Unnie memang salah dan sekarang Unnie sudah berubah!"

"Cih! Kau berubah setelah Yeri seperti ini? Kemarin kau kemana Unnie, huh?!"

Irene bungkam. Benar apa yang dikatakan adiknya. Namun ia sekarang sudah benar-benar menyesal dan berjanji akan merubah semuanya.

"Seulgi-ya, tidak seharus kau--" ucapan Wendi terpotong Karna Seulgi

"Diamlah. Tidak usah ikut campur urusanku!"

Kali ini Seulgi benar-benar dalam keadaan marah. Karena itu ia tidak bisa berfikir dua kali atas keputusan sepihaknya hingga ingin memisahkan Yeri dengan orangtuanya.

"Ya! Seulgi-ya!" Teriak Irene marah begitu Seulgi pergi begitu saja.

☆☆☆☆

"Kau serius ingin membawanya?" Tanya Jimin pada kekasihnya.

"Ya, aku sudah mempersiapkan semuanya."

Jimin menghela napas. "Seulgi-ya, kau jangan egois. Yeri itu masih memiliki ibu dan ayah"

Seulgi menatap kekasihnya tajam. Ia tidak terima kekasihnya tidak membelanya juga.

"Mengapa kau membelanya, huh?!"

"Bukan begitu Say--"

"Kalau kau terus membelanya lebih baik aku tidak jadi saja mengikuti program itu!" Kesal Seulgi pada kekasihnya.

Ia sudah mengikuti ajakan kekasihnya untuk menyetujui program itu namun ketika sudah disetujui mengapa kekasihnya tidak membelanya?

"Seulgi-ya tolong dengarkan aku dulu" bujuk Jimin.

"Untuk apa aku mendengarmu tapi kau tidak membelaku?"

Jimin mengacak rambutnya prustasi. Ia sudah agak jengkel dengan kekasihnya namun ia harus tahan.

"Dengar..." Jimin memutar tubuhnya agar bisa berhadapan dengan Seulgi. Mengenggam tangan Seulgi dengan lembut.

"Seulgi-ya, aku tidak mau kau menyetujui program itu dengan alasan lain" Jimin tahu Seulgi menyetujui program itu alasannya untuk menjauhkan Yeri dengan ibunya dan bukan alasan Seulgi ingin naik pangkat sebagai dokter.

"Aku tidak memaksamu untuk ikut. Kau bisa menolaknya dan Aku mengerti. Aku tidak apa-apa sendirian disana." Jelas Jimin yang memang tidak akan marah jika kekasihnya tidak ikut dengan program itu walau sudah di nanti-nantikan.

Seulgi terdiam menyadari sedikit kesalahannya.

☆☆☆☆

"Tidak apa-apa Yeri"

"Jangan takut"

"Kau sudah aman disini"

Wendi terus memberikan kata-kata penenang pada Yeri karena tadi detak jantung Yeri tiba-tiba meningkat ditambah dengan keringat dingin yang sedari tadi keluar.

Hampir saja Irene tadi ingin memanggil dokter ahli jantung karena panik. Namun Wendi sebagai psikolog melarang karena ia tahu yang dialami Yeri hanya reaksi fisik pada seseorang yang sedang mengalami trauma. Dan oleh karena itu kini Wendi tengah menenangkan Yeri agar detak jantung Yeri kembali dengan normal.

"Tidak apa-apa, hum"

Wendi mengusap-ngusap dada Yeri agar lebih tenang.  Sementara di belakang ada Irene dan Joy yang tengah menatap cemas Yeri.

"Mau minum?" Tawar Wendi ketika detak jantung Yeri sudah kembali normal.

"Em"

Joy mengambilkan minumnya.
Begitu sesudah minum Irene mendekat dan Wendi memberikan tempat untuknya.

"Hei, Eomma ada disini," ungkap Irene, ia mengusap pucuk kepala Yeri dengan lembut.

Air mata Yeri jatuh begitu saja karena menerima usapan hangat yang selama ini ia harapkan. Mulutnya mencebik kesal.

"Eomma minta maaf~" Sesal Irene yang diakhiri kecupan di kening Yeri.

"Tidak~"

"Mulai saat ini Eomma akan terus disampingmu"

"Tidak~"

Irene sepertinya tidak peduli dengan Yeri yang menolak. Ia ingin selalu bersama putrinya untuk menebus semua dosa-dosanya pada Yeri. Entah kenapa ia sangat takut jika Yeri benar-benar jauh darinya.

Yeri kau harus Janji jangan tinggalkan Eomma

☆☆☆☆

Tar balik lagi klo notipnya banyak👋

Jangan lupa vote komen yang banyak terimakasih gaess

See u

Cirebon, 12 Maret 2022

HUG ME (Hope 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang