Ten melihat sahabatnya sinis, dia bosan menenangkan Kun yang masih tidak tenang tanpa memberitahu Ten apa alasannya."Gue pulang nih!" seru Ten kesal. Waktunya habis hanya menenangkan Kun yang tidak mau mendengarkan dirinya semenjak Ten datang ke rumah Kun karena permintaan laki-laki itu sendiri.
"Gue khawatir apa operasinya lancar atau nggak. Kalau dia pergi jauh gimana, Ten?"
"Cari baru."
"Ten!"
"Usaha sendiri lah! Yang punya hubungan siapa? Lo tanya gue emang rasa suka gue ke Yangyang lebih besar dari lo? Enggak kan!"
Ten melengos menuju dapur untuk membuat teh hangat agar semakin tidak menunjukkan mood jeleknya pada Kun yang sedang khawatir pada Yangyang. Hari ini seharusnya operasi tersebut sudah selesai, tapi Kun tidak berani bertanya pada orangtua Yangyang apakah operasi kesayangannya berhasil.
Karena perasaan tidak enak Kun bukan operasi, tapi setelah operasi. Dia takut si manisnya tidak ingin menjalin hubungan lagi dengannya karena tidak pernah melakukan yang terbaik demi hubungan mereka berdua.
"Buruan nanya, bego. Capek gue masa cuma di sini ngeliatin lo kayak gini, mana menyedihkan banget."
"Ngomong sekali lagi,"
"Menyedihkan."
Kun menghembuskan nafas, ia mengambil handphone miliknya dan mencari kontak Bunda Yangyang, menelepon beliau agar bisa memastikan apakah kesayangannya baik-baik saja. Dua kali, tiga kali, akhirnya telepon ke empat terdengar suara berisik seperti mengangkat sesuatu.
"Halo, Bunda? Maaf ganggu,"
"Kenapa Kun?" tanya Bunda Yangyang yang sesekali mengatakan sesuatu, seperti mengangkat barang.
"Um... Di sana lagi sibuk?" Kun memberikan isyarat pada Ten jika ada suara mengangkat barang dan sangat berisik, laki-laki itu semakin khawatir.
"Ah, iya. Nyariin Yangyang ya?"
"Iya, Bun. Gimana keadaan dia? Kun boleh jenguk?"
Tidak ada jawaban, Kun mengecek apakah masih ada sambungan dengan Bunda Yangyang, dan ternyata masih. "Halo Bunda?" tanya Kun lagi.
"Oh, eh, Yangyang gapapa kok. Tapi maaf, Kun,"
"Ada apa, Bunda?"
"Tolong berhenti cari Yangyang dari sekarang, ya? Kita sekeluarga mungkin nggak akan ketemu kamu sama Mama kamu lagi, uhm, ada urusan susah dan nggak bisa di rumah yang sekarang. Bunda mungkin punya banyak salah sama kamu satu tahun ini, tapi Bunda mau bilang makasih karena udah jaga Yangyang melebihi jaga diri kamu sendiri."
"Tunggu—Bunda bilang apa ya?"
"Maaf, Kun, tapi Yangyang terpaksa pergi jauh demi kesehatan kakinya,"
"Di mana?"
"Bunda tutup ya, kita sibuk lagi mindahin barang. Makasih dan maaf, Kun."
Kun meletakkan handphone miliknya di paha kanannya, dia masih belum bisa mencerna sebenarnya apa yang dimaksud Bunda Yangyang sebelumnya. Pergi? Kemana? Apa dirinya tidak diperbolehkan menghampiri kesayangannya nanti?
Terlalu banyak pertanyaan yang memenuhi kepalanya, bahkan Ten yang sedang asik membaca buku koleksi Kun menghentikan kesenangannya lalu bertanya apa yang sedang terjadi. Namun Kun hanya diam, menggerutu kesal.
"Yangyang selamat?"
"Selamat. Yang nggak selamat hubungan gue sama Yangyang. Bener kata lo, gue menyedihkan." Kun terkekeh getir, air matanya berkumpul di pelupuk matanya, sekarang ia sudah tidak memiliki harapan apa pun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Good Old Days - KunYang
Fanfiction[ Sequel Hands on Me ] "Good old days ya," "Ya." © crusshiepie , 2022