"Lama banget anjing, pacaran dulu ya lo?"Yangyang duduk di samping Xiaojun yang menjadi sopir dadakan hari ini. Namun Xiaojun tidak membalas ejekan Yangyang, karena dirinya lebih terdiam melihat mata Yangyang sangat terlihat jika teman dekatnya itu baru saja menangis.
"Kun ngapain lu?"
"Apa?"
"Kun, dia ngapain elu?"
"Bukan salah dia. Kan kita udah jadi mantan,"
"Gitu-gitu lu juga masih sayang. Pas kita ngobrol aja bahasan lu ga jauh-jauh dari dia. Kenapa sih? Jangan bikin gue penasaran."
Laki-laki itu tidak menjawabnya. Ia tidak ingin menangis lagi, tidak ada gunanya. "Main yuk ke Dufan, atau kemana kek, yang penting gue mau habisin uang lo."
Mau bagaimana lagi, Yangyang belum ingin bercerita padanya. "Yakin lu udah bisa lari?"
"Bisa. Kalau sakit lagi tinggal balik Jerman."
Mobil Yaris berwarna merah milik Xiaojun berhenti secara mendadak. Dia tidak bisa jika membiarkan teman dekatnya semakin berkata melantur, pasti terjadi sesuatu.
Sebagai bukti, Yangyang sama sekali tidak melihatnya saat diajak berbicara.
"Jujur sama gue, atau gue telepon Kun langsung?"
"Oiya gue mau telepon mamanya Kak Kun, orangnya lagi sumpah dokter kayaknya. Mau mampir ke tempat Kak Kun jadi dokter resmi ga Jun?"
"Lu belum jawab pertanyaan gue."
Yangyang menghembuskan nafas, berusaha berpikir jangan sampai ia menangis lagi. "Jangan bahas. Kita seneng-seneng aja hari ini."
"Mana bisa gue seneng-seneng kalau lu aja sedih gini?? Ah gue telepon Kun beneran nih, kalau lu masih ga mau jujur sama gue."
"Iya iya, tapi jangan sekarang, oke? Gue lebih penasaran gimana orang itu jadi dokter hari ini, yakali gue ga lihat? Gue ceritain di perjalanan kita ke sana,"
Begitu lebih baik. Xiaojun menepikan mobilnya, membeli dua botol minuman untuk dirinya dan Yangyang, sembari menunggu teman dekatnya memberitahu dimana Kun saat ini.
Yangyang menatap foto Kun yang terpasang di kontak mama Kun, mengingat bagaimana Kun menggendong Ten begitu gentle-nya.
"Halo, Ma?"
"Hai Yangyang, kenapa Nak? Gimana acara kasih surprise-nya tadi?"
"Seru kok! Mau nanya aja, Kak Kun acara sumpah dokternya dimana ya?"
"Loh, Mama kira kamu bakal bareng Kun? Mama kasih lokasinya lewat hp aja ya,"
"Makasih Mamaaa!"
Telepon terputus, menyisakan Yangyang memasang raut wajah sedih saat foto Kun yang sangat tampan terpampang jelas di foto profile mama Kun.
"Udah?"
Yangyang mengangguk.
– – –
Berbagai orang berlalu lalang di hadapannya. Entah orang tersebut menggunakan jas hitam, baju formal berbagai warna, atau keluarga mereka memberikan petuah untuk para lulusan jurusan kedokteran saat sudah menjadi dokter.
Dan ia melihatnya, Kun dengan senyum menawannya, menatap mamanya penuh kasih sayang. Setelan jas sangat cocok pada Kun, karena laki-laki itu akan selalu menjadi favoritnya.
Hidup itu komedi.
Bagaimana dirinya menangis merasakan rasa sakit di dada, kini justru melihat sumber penyebab rasa sakitnya dengan perasaan suka yang mendalam.
Satu tahun bersama, satu tahun berpisah, dan ia berharap suatu saat nanti dirinya bisa kembali bersama dengan Kun, menjalin kasih diantara jahatnya dunia.
"Dilihatin mulu, gue tonjok wajah dia aja apa ya," celetuk Xiaojun kesal.
Xiaojun masih bersamanya, melihat dengan wajah ketus pada Kun yang bahkan tidak mengetahui Yangyang dan Xiaojun melihat laki-laki itu dari jauh.
"Jangan."
"At least, tanyain sendiri lah ke dia?? Kenapa malah lu yang repot sendiri gini?"
"Gausah."
Menggaruk kepalanya kesal, Xiaojun menatap Yangyang, yang saat ini masih memasang raut sedih saat melihat mobil Lamborghini milik Kun terdapat Ten yang menunggu.
"Mau sedih sampe kapan, gue tanya?"
"Emang gue keliatan sedih? Ngaco,"
"Jadi ke Dufan? Gue bayarin makan doang, tiketnya beli sendiri."
"Oke! Ajak Lucas sama pacar lo ajaaa sekalian,"
Ketika Yangyang melewati gedung dimana Kun telah resmi diangkat menjadi dokter, ia berkata pelan, sembari menikmati Kun yang tersenyum bangga.
"Seems like he's having fun."
"I guess he is. Liat aja matanya pas natap Ten, anjing pengen gue pukul tai."
"Ngatain terus lo mah,"
"Ya lu pikir aja??? Lu sampai nangis berapa kali tadi? 3?"
"Empat."
"Kan, malah elu sendiri yang hafal udah nangis berapa kali. Mau move on ga lu?"
"Ga dulu. Mau gue perjuangin setahun lagi."
"Bucin tolol mah gitu. Udah tau mantannya nemu yang baru, malah masih pengen suka, cari penyakit."
"Itu lo tau,"
"Berisikkk. Jangan bikin gue tambah emosi sama orang bego kayak lu."
Yangyang menelepon Lucas, sedangkan Xiaojun menelepon pacarnya. Mereka berdua sepakat akan bermain di Dufan sampai malam, atau mungkin berlanjut hingga tengah malam.
Karena Yangyang lebih mudah melupakan masalahnya disaat Lucas dan Xiaojun bersamanya semenjak mereka masih SMA.
Lucas yang ikut ke Dufan, tidak lama kembali ke apartemen miliknya ketika dia terpaksa pulang lebih duluan, dan disitulah ia bertemu dengan Kun.
Kun tidak tahu, jika dia bisa saja bertanya pada mamanya atau Lucas untuk menanyakan dimana keberadaan Yangyang.
Tapi sepertinya pikiran laki-laki tersebut sedang tidak terkendali.
Mana yang seharusnya Kun pikirkan dan perjuangkan, serta yang seharusnya laki-laki itu jauhi.
Tapi, yah, jika hidup tidak memiliki banyak rintangan, tidak seru.
Entah apakah mereka akan berakhir kembali bersama, atau justru takdir benang merah terputus tanpa sepengetahuan mereka berdua.
= = =
See you next chapter! Chapter selanjutnya Kun centered lagi okay! ;)
![](https://img.wattpad.com/cover/275852404-288-k859667.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Old Days - KunYang
Fanfiction[ Sequel Hands on Me ] "Good old days ya," "Ya." © crusshiepie , 2022