ー ー welcome to season 2! ー ーPart I.
Dengan botol bekas alkohol berserakan, sampah menyebar di seluruh kamar, ia menundukkan kepalanya kesal. Beruntung ada teman seperjuangannya yang ikut sedih bersama dirinya dalam hal yang sama.
Mereka berdua sama-sama putus cinta.
Ten sudah putus dengan pacarnya dua bulan yang lalu, tapi rasa sedihnya masih sangat terasa sehingga sekarang ia menertawakan Kun yang ikut sedih bersamanya karena tidak bisa lagi memperjuangkan Yangyang kesayangannya itu.
"Diem lo." Ucap Kun kesal, dia sedang tidak ingin bertengkar atau mengeluarkan energi lebih. Atau bisa dikatakan, energinya sudah habis sejak dilarang bertemu Yangyang seminggu yang lalu.
"Sekarang si Yangyang udah berangkat ke luar negeri?"
"Iya. Dia bilang sendiri ke gue,"
"Gimana?"
" 'Makasih udah habisin setahun bareng aku, Kak. Aku pergi sekarang,' Sedih banget bangsat."
"Kayaknya lo ga bakal bisa lupain dia, ya?"
"Iyalah. Gila aja gue lupain dia,"
"Sayang banget?"
"Diem jangan bikin gue makin sedih."
Ten terkikik geli, merasa iri dengan Yangyang yang bisa disayang oleh Kun sebegitu besarnya. Dirinya? Mungkin saja mantan pacarnya tidak pernah mengingatnya lagi, sudah dua bulan mereka tidak bertemu.
Keduanya memilih keluar kamar Kun setelah membereskan sampah dan botol yang sebelumnya berserakan, agar tidak mengundang kecurigaan mama Kun.
Mama Kun sudah tahu, anaknya tidak menjalin hubungan kekasih lagi dengan Yangyang. Rasanya tetap sedih, tidak ada wajah menggemaskan yang memakan masakannya dengan lahap dan tertawa senang saat mengobrol dengan beliau.
Tidak ada yang tidak menyukai laki-laki semenggemaskan seperti Yangyang.
Setelah Kun dilarang bertemu dengan Yangyang lagi, laki-laki tersebut berusaha dengan berbagai cara untuk memberikan banyak hadiah atau bunga demi meluluhkan hati orang tua Yangyang, namun hasilnya nihil.
Hadiah tersebut diberikan kepada rumah sebelah mereka, dan bunga yang diatur sedemikian indah pun menjadi hiasan rumah-rumah lain. Intinya, usaha Kun sia-sia.
Yangyang sempat meminta bertemu secara diam-diam dengan Kun, tapi bunda laki-laki itu mengetahui kemana Yangyang pergi. Alhasil, Yangyang dan Kun gagal bertemu untuk terakhir kalinya.
"Kalian udah berapa kali kesini coba, pesennya juga cuma kentang goreng sama kopi. Berkelas dikit kek, cake gitu, atau coffee latte ala-ala. Kesini cuma pesen kopi Americano, less sugar lagi. Ga kapok kapok ya kalian, dasar sahabat sejati."
"Udah belum yang ngomelnya, cantik?" Ten tersenyum menggoda kepada Shuhua yang sekarang menjadi bergumam kesal pada Ten.
"Habis putus aja bilang gue cantik, pas masih pacaran bilang gue jomblo. Minta dipukul emang,"
"Jangan gitu, nanti gue pacarin lo deh."
Shuhua berdecak, ia duduk di kursi kosong yang tersedia dia meja Kun dan Ten sembari meminum kopi milik Ten agar laki-laki itu ikut kesal. "Gini ya, orang yang lagi putus asa," Ten berganti menunjukkan wajah kesal. "Gue deket sama kalian karena kalian deket sama Yangyang."
Mendengar nama Yangyang disebut, Kun akhirnya melihat Shuhua mengoceh.
"Oh, lo sempet suka sih ya sama Yangyang,"
"Iya. Puas lu?"
"Nggak. Puas lagi kalau beliin gue croffle yang ada di sini."
"Gue panggilin manager gue takut lu,"
Ten dan Shuhua melanjutkan acara saling mengejek tanpa memedulikan Kun yang menatap Americano less sugar miliknya, teringat jika Yangyang pernah melihat minuman seperti ini dengan mata berbinarnya. Walaupun akhirnya Yangyang tidak bisa minum karena tidak diperbolehkan minum kopi.
Ia menghembuskan nafas, membuat Ten menoleh sebentar pada Kun untuk melihat jika tiba-tiba sahabatnya itu mengeluarkan air mata.
"Shu, ada anjing!" Ten menggerakkan tangannya menuju luar cafe, Shuhua yang lelah berdebat menjadi bersemangat karena perempuan itu menyukai anjing.
"Mana?" Tanya Shuhua penasaran.
"Lo anjingnya, hehe,"
"Lu gue usir dari sini terus gue blacklist kayaknya mantep."
"Peace,"
"Dah ah mau balik kerja, ngurusin lu cuma habisin tenaga. Dadah Ten jelek,"
Ten melambaikan tangannya pada Shuhua yang kini kembali menerima pesanan dari pelanggan yang datang.
Shuhua pernah menyukai Yangyang, bahkan sampai sekarang. Namun karena laki-laki itu sudah menjadi hak milik Kun satu tahun yang lalu, Shuhua hanya bisa mengobrol dengan Yangyang saat Kun memperbolehkan mereka berbincang.
Perempuan itu sedang proses melupakan perasaannya dengan beberapa kali meminta saran kepada Ten, apa yang harus perempuan itu lakukan agar bisa menjadi teman Yangyang sepenuhnya.
Kun penasaran, apakah sekarang Shuhua sudah melupakan perasaannya pada si Manis? Jika belum, sepertinya Yangyang memiliki aura yang membuat orang susah melupakan dirinya.
Bagaimana Yangyang mengeluh tidak bisa menghabiskan kopi americano mirip dengan Kun, dan bagaimana bahagianya Yangyang saat mendapat Milkshake Strawberry kesukaannya setelah dibelikan oleh Shuhua.
"Ten, Shuhua masih suka sama Yangyang nggak?"
Ten tersedak. Laki-laki itu meminta air putih sembari mencoba sabar tidak mengeluarkan emosinya di cafe yang sangat ramai sekarang. "Maksudnya?" Tanya Ten dengan nada kesal, ketenangannya meminum kopi hilang.
"Yaa, Shuhua masih suka Yangyang nggak?? Kan gue udah bilang tadi?"
"Serius lo nanya gini?"
"Serius."
"Ah bulol, udah lupa dia," meminum air putih dengan nikmatnya, Ten mencoba menjelaskan sesuatu yang Kun lupakan dengan tidak sopan. "Kan Shuhua bilang kalau dia pengen move on waktu Yangyang lagi di kamar mandi dulu, dan lo cuma 'oh'. Mana pake wajah ngeselin lagi,"
"Tapi kan gue sekarang udah putus sama Yangyang? Dia mau lanjut move on beneran?"
"Ga tahu, jangan tanya gue tentang perasaan. Sekarang gue lagi ga pengen cinta-cintaan."
"Ucap seorang Ten yang masih susah move on dari sosok Winwin."
"Gue pukul kepala lo pake gelas bekas gue minum mau?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Good Old Days - KunYang
Fanfiction[ Sequel Hands on Me ] "Good old days ya," "Ya." © crusshiepie , 2022