[0] : O1

852 46 2
                                    

— ∆ —

Keluar dari ruang rawat, Kun menghembuskan nafas mencoba tidak berpikir hal buruk.

Dia tidak ingin kehilangan si manis kesayangannya, masih ingin menghabiskan waktu bersama Yangyang, tidak siap untuk berpisah.

Bagaimana jika takdir mereka adalah berpisah? Apa dia bisa bahagia seperti dia menghabiskan satu tahun bersama Yangyang? Takut.

Menggelengkan kepala, Kun berusaha menghindari pikiran jika Yangyang benar-benar pergi sangat jauh darinya. Melihat Bunda dan Mama melihatnya khawatir, Kun memasang senyum paksa demi memberi suasana yang lebih baik.

"Bunda, Yangyang bakalan baik-baik aja kan?"

Bunda tersenyum menenangkan, menyentuh pundak Kun. "Iya, apalagi Yangyang habis ketemu pacarnya yang ganteng ini. Kalau emang takdir kalian bakal selalu bareng, mau pisah berapa lama pun, kalian berakhir bersatu."

Kun berharap begitu. "Makasih, Bun. Kalau gitu Kun mau pulang aja, makasih udah ngasih ijin buat ngobrol sama Yangyang,"

Ketika Kun melewati orangtua Yangyang, ayah si manis menatap Kun sedikit tajam lalu menggaruk kepalanya kesal. Jika saja ia bisa mengeluarkan suara untuk mengatakan kebenaran yang tersimpan ketika solusi tidak terpecahkan di waktu yang sedih ini.

Mama Kun mengelus punggung anak tunggal berharganya, memberi kekuatan untuk hari ini dan keadaan seterusnya. Tidak mungkin kedua Ibu tersebut tidak membahas sesuatu saat Kun mengobrol dengan Yangyang.

Membahas tentang solusi alternatif yang akan dilakukan jika kesembuhan Yangyang saat ini tidak terjamin.

Senyap. Bahkan suara infus yang menetes bisa terdengar, membuat dirinya menjadi semakin tidak tenang.

Operasinya dua jam lagi, tapi rasanya seperti menunggu bertahun-tahun lamanya demi melihat kepastian apakah dia akan tetap satu kota dengan pacarnya atau tidak.

Mendengar suara orang berbicara dan tawa yang memekakkan telinga, pintu ruang rawat terbuka, menampilkan Xiaojun dan Lucas membawakan dirinya karangan bunga kesukaan Yangyang. "Kalian!"

"Yo. Katanya dua jam lagi lo mau dioperasi?" tanya Lucas setelah mengingatkan Xiaojun untuk diam sebentar karena tertawa terlalu keras.

Yangyang mengangguk.

"Habis dioperasi terus lo ngapain?"

"Mati kali."

Xiaojun mencubit tangan Yangyang kesal, tidak suka dengan jawaban tidak enak dari teman dekatnya. "Harus sembuh!"

"Biar bisa bantu lo deket sama Hendery? Gak."

"Dia sama Dery mah udah jadian," celetuk Lucas saat Xiaojun dan Yangyang bertatapan tajam. Yangyang berhenti melihat Xiaojun kemudian memegang pundak Lucas yang duduk di samping kirinya, memberi tatapan tidak percaya.

"Bohong ya?"

"Nggak, anjir. Tanya aja sama temen berantem lo tuh."

Kini Yangyang menarik pipi Xiaojun agar melihatnya setelah ketahuan sekarang laki-laki itu sudah memliki kekasih. "Jawab."

"Iya gue jawab tapi lepas tangan lo dari pipi berharga gue! Habis dicium tau,"

Yangyang segera melepaskan tangannya dari pipi Xiaojun serta membersihkan tangannya mengetahui Xiaojun sudah sejauh itu dengan Hendery.

"Lo...udah *** ya??"

"NGGAK. Belum."

"Lo liat temen lo nih, Cas."

Lucas yang ditarik menuju perdebatan terpaksa menjawab. "Kan elo katanya pernah di-cupang Kun, gausah sok suci."

"Lucas bangsat."

Mereka bertiga berbincang membahas organisasi yang dimasuki Lucas, dari betapa sibuknya program kerja yang diterima, hingga susahnya untuk mencari pacar di semester sibuk saat ini.

Dilanjutkan dengan Xiaojun yang sombong jika Hendery sudah menyukainya sebelum Xiaojun menyukai Hendery. Entah kenapa Yangyang heran dia bisa berteman dengan orang seperti Xiaojun.

Sisa 45 menit. Kali ini tatapan kedua teman dekatnya tidak secerah tadi saat pertama kali memasuki ruang rawat.

"Lo jadi ke luar negeri, Yang?"

Yangyang terdiam. Tidak ingin mengatakan apapun, bahkan melihat kedua temannya sedikit pun. Ruang rawat tersebut kembali senyap, dengan suasana yang lebih mencekam.

"Hahaha! Kenapa, kalian kangen??"

"Yangyang, Kun tahu soal ini?"

Laki-laki itu menggeleng menjawab pertanyaan Xiaojun. "Kenapa dia harus tahu?"

"Maksud lo?"

Menggigit bibir tidak suka menjawab pertanyaan yang ia hindari, Yangyang memasang raut wajah marah. "Ayah... Nggak ijinin gue bareng Kak Kun lagi kalau beneran harus pergi ke luar negeri. Kalau gue kasih tahu ini ke Kak Kun, sia-sia gue jujur tentang perasaan gue ke dia sebelum kalian dateng."

"Dia pacar lo, harusnya lo ngasih tahu." ucap Lucas mencoba meredakan amarah Yangyang akibat Xiaojun tidak bertanya sedikit hati-hati.

"Iya kalau gue sembuh habis dioperasi habis ini. Kalau nggak? Gue terpaksa harus putus, Cas, Jun. Kalau mau tahu alasannya kenapa ga boleh pacaran sama Kak Kun lagi, jawabannya Ayah ga mau kita berdua LDR."

"Padahal yang pacaran lo, bukan Ayah lo?"

"Jun, lo pikir gue berani deket sama orang dan pacaran karena siapa? Ayah gue yang ngasih ijin. Perintah Ayah itu mutlak."

Xiaojun tidak mengatakan apapun lagi, ia menjadi merasa terlalu ikut campur dalam permasalahan cinta teman dekatnya hanya karena merasa penasaran. Suasana bagus yang tadinya muncul, sekarang sudah menghilang.

25 menit sebelum operasi. Yangyang meminta kedua teman dekatnya untuk keluar dari ruang rawat agar dirinya bisa mempersiapkan diri serta meredakan emosi.

Dia tidak ingin berpisah dengan Kun, sangat tidak ingin.

Xiaojun dan Lucas keluar dengan wajah tidak bersemangat mengetahui pertemuan mereka hari ini berakhir tidak baik.

Padahal Yangyang butuh keberanian menghadapi pertarungan hidup dan mati setelahnya, mereka justru memecah keberanian laki-laki itu.

"Gue ngapain aja salah kayaknya ya, Cas?" celetuk Xiaojun ketika mereka menuju pintu keluar rumah sakit. Lucas hanya diam tidak membalas pertanyaan Xiaojun agar suasana tidak semakin buruk.

"Ayo berharap Yangyang bisa menang, biar dia nggak pergi ke luar negeri."

"..Pasti."

———

haloo!! akhirnya ada season 2 dari Hands on Me hehe.

dari sini kalau ada masalah yang nggak kalian paham, please let me know okay! thankyou!

see you next chapter~

Good Old Days - KunYangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang