Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh kami pun sudah sampai di pesantren, setelah istirahat kami kembali merapatkan tentang acara ini.
"Berarti untuk konsepnya perpaduan warna gold dan hitam dengan taburan bunga, atau mungkin ning dan gus ada yang ingin di tambahkan" ucap ku
Untuk saat ini aku rasa aku harus profesional karena posisi ku saat ini bukan sebagai sahabat syatira melainkan panitia.
"Iya, ini kan acara kalian jadi akan lebih baik kalo kalian ikut campur dalam menentukan konsepnya" ucap ummi
Dalam rapat ini ummi dan bunda memang ikut serta di dalamnya.
Syatira dan gus sendi tidak juga membuka suaranya mereka seakan tidak tertarik dengan acara ini.
"Sendi sudah setuju dengan konsepnya ummi, tidak ada yang perlu di tambahkan lagi" ucap gus sendi
"Syatira rasa juga begitu. syatira menyerahkan semuanya ke frisya"
Aku merasa tidak puas dengan jawabannya syatira karena jujur aku tau dia memiliki impian lain.
"Naaf bu nyai, bunda, gus, ning, tadi di sini untuk bagian keluarga itu memakai dercod warna denim gimana di ganti warna putih supaya lebih masuk sama tema yang kita gunakan juga" ucap ku melirik syatira sambil tersenyum
Aku tau betul syatira itu menginginkan pernikahannya menggunakan perpaduan putih, hitam, dan gold. Itu mengapa aku menyarankan seperti itu.
Ummi dan bunda saling tatap. "Boleh, nanti atur saja gimana baiknya. Kami percayakan sama kamu" ucap bu nyai yang ku balas anggukan
Jujur bahkan aku belum pernah mengurus pernikahan seperti ini. Dulu pernah menjadi salah satu panitia pernikahan saudara ku, tapi hanya menjadi anggota panitia bukan menjadi ketua panitia yang terjun langsung seperti ini.
Setelah di rasa tidak ada yang perlu di bicarakan lagi rapat di bubarkan, mereka para kang santri mau pun mba santri yang ikut menjadi panitia unduh mantu kembali menjalankan tugasnya masing masing.
"Ummi, bunda, frisya ijin pulang dulu. Besok frisya bakal ke sini lagi untuk lanjutin tugas frisya"
"Pulang? Kamu ngga tinggal di sini saja nak. ummi sudah menyiapkan kamar untuk mu" ucap ummi
"Pulang? Kamu punya rumah di sini fris" tanya syatira
Aku mengangguk. "Iya ummi, frisya tinggal di rumah frisya aja. Alhamdullilah tir, aku sudah punya rumah sendiri di sini, ngga jauh kok dari sini"
"Tinggallah di sini dulu nak untuk hari ini, besok kalo kamu ingin ke rumah mu baru. Lagi pula kamu juga baru sampai siang tadi jadi istirahat dulu di sini" ucap ummi yang ku balas anggukan kepala
Aku mengangguk, "ya sudah ummi, hari ini frisya akan istirahat di sini"
~ALSEN~
Setelah sholat magrib tadi aku memutuskan untuk duduk duduk di pendopo tengah pesantren yaitu perbatasan antara asrama santri wati dan asrama santri wan. Setau ku pendopo ini sengaja di buat ketika ada pertemuan pertemuan yang mempertemukan antara santri wan dsn santri wati, karena keduanya tidak bisa memasuki wilayah masing masing jadilah di buat pendopo ini.
Mengapa aku tidak duduk di pendopo santri wati karena ketika sudah malam seperti ini biasanya asrama putri sudah di tutup dan tidak boleh lagi ada yang keluar masuk, memang aku ini bukan lagi santri jadi pasti bisa masuk keluar ke asrama santri wati, tapi memangnya siapa aku? Aku bukanlah ustazah, atau pengurus, atau pun keluarga ndalem bukankah tidak sopan kalo aku bersikap seenaknya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSEN
Подростковая литератураAlina frisya aprilia seorang wanita yang mencintai gusnya sendiri, Sendi namanya. hingga tiba waktunya dia untuk kembali ke daerah asalnya dia mengetahui sebuah fakta yang dimana sahabatnya itu juga mencintai gus sendi. Berbarengan dengan di diketah...