part 23

152 9 0
                                    

"Frisya sini, kamu anak bunda masa kamu ngga ikut foto sih" ucap bunda menarik tangan ku

Kini giliran foto keluarga syatira setelah tadi foto bersama, tapi bunda malah meminta ku untuk ikut foto bersama mereka.

Cekrek..

"Pak kyai, bu nyai dan gus, silakan" ucap fotografer

"Frisya sini nduk" ucap ummi memanggil ku

Lagi dan lagi di saat seharusnya hanya foto keluarga, tapi aku di panggil dan di suruh untuk ikut serta di dalamnya.

Cekrek..

"Sekarang gus, ning syatira, neng frisya, dan mas arsen untuk foto"

Neng? Lagi? Ini kali kedua ada orang yang memanggil ku dengan sebutan itu.

Foto keluarga ini memakan waktu cukup lama, tapi ngga papa selama bunda, ummi, ayah, dan abi senang aku akan menurutinya karena mereka sudah ku anggap seperti orang tua ku sendiri.

Dulu aku ke rumah ini untuk bersih - bersih dan mendapatkan ilmu baru, tapi sekarang aku ke sini karena menjadi bagian keluarga ini.

Ah mimpi apa aku ini, sampai sampai mendapat kepercayaan menjadi keluarga ndalem plus keluarga sahabatku.

Inilah yang di namakan takdir, ketika aku meminta hanya seperempat allah memberi ku seluruhnya, intinya adalah di tiap goresan luka pasti akan ada banyak goresan kebahagian. Selama kita bersabar dan terus berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.

Bruk..

"Astagfirullah, maaf" ucap ku

Aku reflek mengucapkan itu karena ngga sengaja menabrak santri wati yang sedang membawa tumpukan buku.

"Saya yang minta maaf mbak, karena boten liat jalan" ucap santri wati

"Gapapa, mari saya bantu" ucap ku mengambil buku yang berserakan

"Boten usah mbak, biar kula saja" ucapnya

Aku ngga menanggapi ucapannya dan terus membantunya merapikan buku buku tersebut.

"Lain kali minta bantuan temen kalo bawa banyak buku seperti ini, nggih mbak. Bukan apa apa, ini bisa membahayakan mbak dan juga orang lain. Kalo gitu saya bantu bawa aja ya bukunya" ucap ku

Ia menggeleng. "Boten usah mbak. Biar kula saja, ngga papa"

"Bener ngga papa?" Tanya ku memastikan

"Nggih mbak"

"Ya sudah kalo gitu, hati hati ya. Saya permisi kesana, assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Aku pernah berada di posisinya, meminjam banyak buku untuk ku pelajari dan mengerjakan tugas ku. Bedanya saat itu aku di bantu oleh syatira.

"Kamu ngga papa, fris?" Tanya syatira

Aku menggeleng, "aku ngga papa, bumil"

"Setelah kuliah rencananya mau ngapain, sya?" Tanya mas sendi

Aku juga bingung, mau ngapain. Mau lanjut kuliah bosen kuliah terus, mo rehat dulu tapi mau ngajar, tapi juga aku rasa ilmu ku belum banyak.

"Mungkin istirahat sebentar mas, nanti baru mikirin lagi mau lanjut kuliah atau gimana" ucap ku

Mas sendi terkekeh. "Baik, bu alina" ucap mas sendi yang membuat ku ikut terkekeh

Aku tau maksud dari ucapannya barusan.

"Planing kedua kamu, gimana fris?" Tanya syatira

Aku tersenyum, "aku tetep mempelajari itu, tapi aku ngga mau nekunin banget"

ALSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang