part 17

163 9 0
                                    

Saat ini aku sudah berada di pemakaman untuk menyaksikan pemakaman mbah kung dengan irvan yang masih setiap menemani di sebelah ku. Sesuai ucapan ka arsen tadi bahwa dia dan zeline akan datang lagi ternyata semua itu benar mereka ikut datang ke acara pemakaman ini.

Terima kasih karena sudah menemani ku walau hanya dua puluh satu tahun kurang, terima kasih karena sudah selalu mendukung ku, terima kasih atas segala kenangan yang sudah kita lalui. Semua itu tidak akan pernah hilang dalam ingatan ku, kisah kita yang begitu hangat akan terus tersimpan hingga akhir hayat ku.

Aku tersenyum sambil mengusap batu nisan. "Alina sangat menyayangi mbah kung"

Itu kata kata yang selama ini sangat susah untuk ku ucapkan tapi kini kata kata itu bisa keluar dengan mudah.

Irvan memegang ke dua pundak ku. "Kita pulang sekarang ya lin, semuanya udah pulang" ucap irvan yang ku balas anggukan walau dengan setengah hati

"Zel, ka, makasih ya udah dateng, makasih udah ada untuk alina. Lebih baik kalian pulang istirahat, jangan sampe sakit" ucap ku

Karena aku ngga mau kehilangan orang yang aku sayang lagi.

"Sama sama lin. Seharusnya kamu yang istirahat, jangan sampe jatuh sakit" ucap ka arsen

"Bener tuh kata abang gw. Lo harus tetep makan ya, awas ampe lu telat makan, inget lu punya mag lin" ucap zeline

Aku terkekeh kecil, "tenang aja. Alina strong kok, in sya allah ngga bakal sakit"

"Kalian pulang ya istirahat, alina yakin kalian masih punya banyak kegiatan kan? Titip salam buat tante sama om, ya. Alina pamit pulang duluan, assalamualaikum" lanjut ku

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatu"

Aku berjalan duluan meninggalkan mereka dengan irvan yang masih setiap memegang kedua bahu ku. Mungkin kalo sekarang ada orang yang memeperhatikan penampilan ku pasti mereka akan berkata tidak beraturan dengan mata sembab dan kerudung basah, tapi aku tidak peduli itu saat ini semua itu ngga penting.

"Lin, udah jangan nangis lagi" ucap irvan saat kita sampai di parkiran

Aku tidak menanggapi ucapannya dan membuatnya menghembuskan napas kasar. "Gw tau lu sedih. Sama lin gw juga, lu kira gw ngga? Tapi ngga gini caranya, apa dengan lu begini mbah kung bisa balik lagi sama kita, nggakan? Ayolah lin, lu lebih tau dari pada gw. Berhenti nangis, oke?" ucapnya lagi

"Gini, gw tau lu itu emang deket banget sama beliau, dan gw tau lu pasti lebih ngga percaya dan ga siap dari gw, tapi niat diri lu, lu ngga makan dari tadi"

"Emang lu makan? Engga kan van" ucap ku

Ia memeluk ku, "kita sama sama berduka jangan siksa diri lu. Abis ini lu makan, ya"

~ALSEN~

"Ngeliatinya santai aja, dia lagi berduka wajar butuh seseorang"

"Dia kakaknya?"

Dia menggeleng, "gw juga nggak tau pasti, tapi dia ngga punya kakak cuman adek doang"

"Gw bakal tanya nanti kalo kondisinya udah stabil. Sekarang lebih baik kita pulang, biarin dia ama orang itu dulu. Gw yakin suatu saat lu bakal ada di posisi orang itu buat dia" lanjutnya

~ALSEN~

"Bu, barang yang ibu pesan udah datang semua" ucap si mbok

Aku mengangguk, "tolong masukin ke dalam mobil alina ya mbok, besok mau alina bawa. Sekarang alina mau di rumah aja, mager soalnya" ucap ku terkekeh

ALSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang