part 22

343 8 0
                                    

Syatira anandini, itulah namanya.
Seorang santri wati yang aku temui saat pertama kali datang ke pesantren dan berakhir menjadi sahabat ku.

Seseorang yang banyak membantu ku selama di pesantren bahkan ia rela di hukuk karena ku. Itulah mengapa aku tidak ragu untuk menyerahkan cinta ku padanya.

Kini nama itu sudah terukir jelas dalam hati ku dan aku pastikan tidak akan pernah hilang, seperti kenangan yang pernah kita lalui.

Tok tok..

"Frisya"

Ceklek..

"Ummi" ucap ku tersenyum

Ia tersenyum. "Sudah siap nak?" ucap ummi yang ku balas dengan anggukan

"Ayo"

Seminggu sudah aku di yogya, rasanya waktu berjalan begitu cepat.

Dulu aku pernah berfikir untuk tidak sering sering mengunjungi Yogyakarta tapi nyatanya kota ini malah menjadi tempat tersering yang aku kunjungi.

Hari ini kami akan pergi ke makam untuk berziarah sebelum akhirnya besok aku akan kembali ke jakarta bersama ka arsen.

Ya, ka arsen menepati janjinya pada papa untuk menemani ku selama berada di yogya.

"Ummi dan abi kembali ke pesantren duluan, ya" ucap ummi setelah selesai berziarah

"Bunda dan ayah juga. Mau siap siap untuk kembali ke semarang siang nanti" ucap bunda

Aku mengangguk. "Hati hati di jalan ya, bun, mi, yah, pak kyai"

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatu"

Mereka berempat melangkah pergi meninggalkan area makam.

"Senyum dong, fris"

Aku tersenyum dan merangkulnya. "Apa yang ngga sih buat syatira. Kita mau kemana sekarang?" Tanya ku tersenyum

"Toko oleh oleh. Kamu sama mas arsen mau kembali ke jakarta besok, kan? Jadi aku mau beliin nanda, zeline, dan faey oleh oleh, sekalian buat tante dan om" jawabnya

Ya, kami dari makam kakek mas sendi atau yang sering di sapa dengan pak kyai ahmad.

"Sya" aku atau pun syatira sama sama menoleh ke belakang

Aku terkekeh. "Jadi mas manggil siapa?" Tanya ku pada mas sendi

"Ada dua sya, mas" tambah syatira

Tidak hanya mas sendi waktu di pesantren dulu kami juga sering seperti ini, ya karena nama panggilan kami yang sama sama ada kata 'sya' nya.

"Syatira" jawab mas sendi ikut terkekeh kecil

"Kenapa mas?"

"Nanti kamu duduk di belakang dengan frisya, ngga papakan? Ngga mungkin soalnya kalo arsen bareng frisya di belakang"

Syatira mengangguk, "gapapa mas"

Seperti yang aku bilang takdir tidak akan pernah salah dan aku sudah tau bahwa sebenarnya syatiralah yang di takdirkan dengan mas sendi.

"Jawab pertanyaan ku jujur ya, fris" ucap syatira

Aku mengangguk, "sebenernya siapa mas arsen?" Tanya syatira

"Ka arsen? Dia kakak sahabat ku sekalian teman ku. Kenapa nanya gitu?" Ucap ku

"Kamu yakin hanya itu? Ngga ada perasaan lebih?" Tanya syatira lagi

Aku terkekeh pelan, "ngga tir, sama sekali ngga"

Ia mengangguk anggukan kepalanya. "Hmm oke, untuk sekarang mungkin gitu, tapi kita ngga tau kedepannyakan? Aku setuju kok kalo kamu sama beliau, beliau baik"

ALSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang