19. Kenyataan pahit
"Terkadang sesuatu yang dianggap baik belum tentu menjadi pilihan yang terbaik. Maaf untuk putra dan putriku."
-Gilang Argama-
💜💜💜
Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak tiga puluh menit yang lalu.
Namun Faris, laki-laki dengan kemeja hitamnya itu masih setia memejamkan mata sambil menikmati belaian lembut yang Ferly berikan kepada rambutnya.
Jujur, saat ini Faris benar-benar dibuat tidak mengerti dengan ucapan yang dilontarkan Tegar beberapa waktu lalu.
"Mending mulai sekarang lo jauhin Aurel, Ris. Bukan apa-apa, tapi gue takut keselamatan Ferly yang bakal jadi taruhannya."
Apa maksud Tegar berbicara seperti itu? Kenapa keselamatan Ferly, Tegar bawa-bawa? Sejak tadi Faris berusaha mencari jawaban akan pertanyaannya, namun dirinya tak kunjung mendapatkan jawaban yang tepat. Bahkan Tegar pun tutup suara untuk masalah ini. Jadi mau bagaimanapun, untuk sekarang Faris hanya bisa menduga-duga.
"Pak?"
Faris membuka matanya, menatap teduh gadis yang beberapa hari lagi akan resmi menjadi istrinya. "Hm?"
"Pulang yuk, bapak nggak lupa kan? Kalau mulai malam nanti kita bakal dipingit? Ferly juga belum kasih undangan pernikahan buat Fani, Bela, Alvin, Robi, Danu."
"Memang kamu sudah siap tidak bertemu saya tujuh hari tujuh malam?"
"Kalau setelah itu kita bisa hidup berdua selamanya, menjadi saksi wajah kita menua. Buat apa saya bilang nggak siap?"
Faris menarik hidung gadisnya gemas. "Bisa saja gombalnya."
"Tapi sebelum kita pulang, saya mau ajak kamu kesuatu tempat." Lanjut Faris setelah mendudukan diri disamping Ferly.
Ferly tersenyum antusias. "Bapak mau ajak saya kemana?"
Faris tak langsung menjawab, laki-laki itu tersenyum tipis lalu mendekatkan bibirnya ketelinga sang gadis. "Ke... rahasia." Goda Faris.
Plak.
"Awsh.. sakit sayang!"
"Habis bapak nyebelin sih!"
"Kamu sendiri yang aneh."
"Aneh apanya coba? Kan saya tanya, bapak mau ajak saya kemana. Apa itu salah?"
"Kalau saya kasih tahu kamu sekarang, bukankah itu bukan kejutan namanya?"
"Terserah bapak! Ayo pulang!"
"Pulang ke rumah papa atau kerumah saya?" Goda Faris sambil menaik turunkan alisnya.
Ferly mencubit pinggang Faris gemas.
"ARGH.. SAKIT SAYANG!"
💜💜💜
"Wah.."
"Kamu suka?"
Ferly menganggukan kepala antusias. "Suka banget. Bapak kok tahu sih ada taman bunga sekeren ini di Magelang?"
Kebun Bibit Senopati Magelang. Di sinilah Ferly sekarang, gadis itu memandang takjup hamparan bunga yang tertata rapi di setiap sudut taman tersebut. Hm.. sejuk dan sangat indah.
Ferly mengelilingi taman Senopati dengan girang, sampai akhirnya atensi gadis itu tertarik pada sepucuk bunga matahari yang tumbuh diantara bunga-bunga kecil. Gadis itu tersenyum, melambaikan tangan lalu berteriak girang. "Pak Faris! Lihat deh, cantik kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Teacher [END]
RomanceBagi Ferly, mencintai guru itu bukan hal yang salah. Justru semua itu menjadi tantangan tersendiri bagi dirinya, tantangan untuk bisa menaklukkan hati seorang laki-laki yang memiliki sifat sedingin es, seganas api dan segalak macan habis lahiran. "...