“Tidak ada cinta antara dua jiwa yang lebih besar daripada cinta antara pasangan.”
Tafsir Ibn Khatir 3/525💜💜💜
46. Terimakasih sayang
Suara riuh tepuk tangan mengisi kesunyian di dalam ruangan bertuliskan meetingroom di bagian pintunya.
Wajah-wajah penuh kepuasan terlukis indah diwajah setiap client penting yang mengikuti meeting pada hari ini.
Faris menjabat tangan client dengan senyum bahagia.
"Selamat Pak Faris, Tander ini layak berada dalam perusahaan anda."
Faris mengangguk. "Terimakasih banyak atas kepercayaan bapak terhadap perusahaan saya. Saya pastikan perusahaan saya tidak akan pernah mengecewakan."
Setelah semua pengusaha keluar dari dalam ruang meeting, Faris semakin melebarkan senyumannya. Ia tidak sabar memberikan kabar bahagia ini kepada istri dan calon anaknya.
"Sayang aku berhasil! Aku memenangkan tender ini! Anak ayah, kalian bangga 'kan dengan ayah?" Batin Faris dalam hati.
"Selamat Pak Faris, bapak adalah pemimpin perusahaan yang hebat." Puji Cantik jujur.
"Terimakasih Cantik."
"Sama-sama pak."
Suara pintu dibuka kasar mengalihkan atensi Faris dan Cantik yang sedang menata beberapa berkas.
"Gar gue--"
"Ris, ayo susulin Ferly dirumah sakit, istri lo mau melahirkan."
💜💜💜
Kedua laki-laki itu berjalan beriringan menyusuri koridor rumah sakit. "Lo tunggu disini, gue tanya resepsionis sebentar." Tegar langsung berlari menuju meja resepsionis dan menanyakan dimana istri dari sahabatnya itu sekarang. Setelah tahu, Tegar lalu menghampiri Faris kembali.
"Ruang persalinan mawar 4. Ujung lorong belok kanan, disana ruangan Ferly."
Tanpa merespon apapun Faris langsung berlari menuju tempat istrinya berada, diikuti oleh Tegar dibelakang tentunya.
Brak.
Suara pintu dibuka kasar mengambil alih atensi semua orang, tapi Faris tidak peduli, kini matanya hanya berfokus kepada Ferly yang tampak sedang menahan sakit.
Faris berlari mendekat kearah brankar istrinya, menggenggam erat tangan Ferly lalu mengecup lama dahi wanitanya yang basah karena keringat.
"Kok kamu belum ditangani? Dokternya kemana? Sampai keringetan kayak gini." Oceh Faris sambil mengusap keringat di wajah Ferly.
"Bun--"
Sebelum Faris melayangkan banyak pertanyaan yang membuatnya pusing, Gina lebih dulu memotong ucapan anak semata wayangnya itu.
"Baru tanda-tanda Faris, Ferly belum akan melahirkan." Jelas Gina singkat.
"Aku baik-baik aja mas. Tadi itu, perut aku rasanya keram. Kata bunda sama mama ini namanya kontraksi sebelum baby-babynya keluar."
"Lah sekarang mau keluar atau belum?" Celetuk Faris polos yang langsung memperoleh jitakan kuat dari Arga dan tawa dari Gina, Jihan, Gilang dan Tegar.
"Sabar anakku! Enak banget main keluar aja, ada prosesnya itu!" Ucap Arga.
"Dan tentunya, kamu harus selalu ada di samping Ferly. Tinggalkan dulu pekerjaan kantor dan urusan sekolah, istri dan anak kamu jauh lebih penting sekarang." Tambah Gina. Pasalnya wanita itu tahu betul watak anak semata wayangnya, yang kalau udah kerja, langsung lupa sama dunia. Mirip sekali seperti ayahnya--Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Teacher [END]
RomanceBagi Ferly, mencintai guru itu bukan hal yang salah. Justru semua itu menjadi tantangan tersendiri bagi dirinya, tantangan untuk bisa menaklukkan hati seorang laki-laki yang memiliki sifat sedingin es, seganas api dan segalak macan habis lahiran. "...