Hai!
Jangan lupa tekan votenya:)
Happy Reading!
__________________________Sama Anugrah kali ini kedatangan murid baru lagi, akan tetapi kali ini tak segempar waktu kedatangan dua geng motor itu dulu. Walaupun sekarang ini mereka menjadi pusat perhatian karena berkumpul di area parkiran, tapi mereka tidak peduli.
"Kak Darel. Dia siapa?" Tanya Shena menatap pemuda disamping Darel yang hanya memasang wajah tanpa ekspresi andalannya.
"Dia Gavin. Sepupu gue" sahutnya
Shena mengangguk tanda mengerti dan diam diam tersenyum penuh arti.
"IREN!" pekikan yang sangat mereka kenal itu membuat mereka menoleh. Disana ada Ayra yang berjalan menuju mereka dengan wajah nya yang terlihat emosi tapi sialnya terlihat imut. Disampingnya ada Kenan yang mencoba menenangkan gadisnya itu.
Iren mengerutkan keningnya bingung, kenapa sahabatnya itu terlihat marah? Dan kenapa dia memanggil hanya sebutan nama saja? Huh! Tak sopan.
Puk!
Iren mengerjapkan matanya pelan mendapat timpukan dikepalanya dari Ayra. Perlahan dia menunduk menatap Ayra yang menatapnya balik dengan pelototan mata.
"Apa? Mau marah? Harusnya Iren gaboleh tampar Lili nya Ayra tauu!!" Pekiknya kesal sembari menghentak hentakkan kakinya.
Perlahan Iren mengerti. Ini semua karena Lisa.
"Ayra, ngga boleh gitu. Kamu harus sopan sama Iren" tegur Shena lembut yang tak direspon sama sekali oleh Ayra.
Soya mendekati Ayra yang masih terlihat emosi "udah ay. Semalem kan udah kebukti kalo Lisa yang salah, jadi gausah belain dia lagi" ujarnya.
Ayra menatap Soya tak percaya, pasalnya yang ia tau bahwa mereka adalah sahabat karib tapi kenapa sekarang seperti orang asing?
Akhir akhir ini juga Soya dan Jennie lebih sering bersama mereka yang menandakan mereka semua sudah berteman dekat? Ntahlah tidak ada yang tau.
"Tapi ka-"
"Hatchimm! Kamchagiya!"
🌈🌹✨.
Lisa sekarang sedang uring uringan dikasur empuknya. Semalam dia pulang tengah malam dari cafe milik Lisa asli, ah dia baru tau karena membongkar lemari Lisa dan menemukan sertifikat cafe itu.
Alhasil dia harus lembur semalam karena memang sudah berbulan bulan tidak berkunjung kesana. Untungnya ada kak Linda dan bang Satria yang membantunya. Mereka yang mengurus cafe Lisa jika Lisa akan berpergian.
"Aduh... Pala gue pening banget, rasanya kaya ditimpuk duit segede gaban" Racaunya tak jelas.
"Hatchim! Kamchagiya!!"
"Gue gasusah sekolah kali ya?" Monolognya.
Dia mencoba bangkit dan bercermin. Ck, tampilannya sangat urakan sekarang. Bagaimana tidak, mata yang merah, wajah yang lusuh bahkan memerah karena demam, rambutnya yang sangat acak acakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN!
Fantasy[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] MURNI KARANGAN SENDIRI 💗 Transmigrasi jiwa? bukankah itu konyol apalagi berpindah jiwa ke dalam novel yang didalamnya diisi para manusia kulkas? Rasanya Sila ingin menangis saja. Bukan sebagai protagonis ataupun antagonis...