•17•

16.8K 2K 43
                                    

HAPPY READING!

o00o

Hari Senin telah tiba, hari dimana upacara bendera di lakukan. Banyak siswa siswi yang menggerutu kesal akibat amanat yang panjang lebar di sampaikan oleh guru pembina. Tak terkecuali Lisa. Dia berbaris di belakang Rose untuk menghindari teriknya matahari.

"War, pingsan aja biar kita bisa istirahat di UKS" ucapnya berbisik pada Rose.

"Mana bisa, nanti pas di angkat gue malah ngakak lagi." sahut Rose dengan berbisik juga.

Lisa memajukan bibirnya kesal. Walaupun tidak terkena panas, tapi kakinya sudah sangat pegal. Tiba tiba ia mendapat ide "mawar, nanti kalo gue pura pura pingsan lo jangan ketawa ya? biar gue nya juga nggak ngakak" ucapnya.

"Yakin lo? Kalo yakin sih gapapa." tanya mawar ragu. Pasalnya humor Lisa sedikit receh, dia hanya khawatir jika ketahuan berbohong pasti akan mendapat hukuman.

"Yakin gue. Pokoknya lo jangan ketawa" sahut Lisa mantap.

Rose mengangguk. Lisa memulai aktingnya dengan berpura pura limbung ke arah Rose, dan Rose juga memulai aktingnya seolah panik dengan keadaan Lisa. "Eh! Petugas UKS mana nih? Woy! Temen gue pingsan bantuin ini!" Seru Rose panik.

Seketika seluruh murid melihat ke arah Rose dan mendapati Lisa yang pingsan di dekapannya. Dua orang petugas UKS menghampiri Rose dan Lisa, ketika ingin mengambil alih Lisa dari Rose tiba tiba ada seseorang duluan yang mengambil alih Lisa.

Seketika murid SMA Anugrah terkejut bukan main. Orang itu menggendong Lisa ala bridal style dan membawanya menuju UKS. Rose menatap orang itu cengo.

Sedangkan Lisa yang di gendong sedikit merasa aneh, pasalnya dia merasa orang yang mengangkatnya mempunyai lengan yang besar dengan otot yang keras. Lisa yakin, ini bukan seukuran anak SMA. Seketika Lisa sedikit panik.

"Ih, ini siapa?! Kenapa otot lengannya kerasa banget anjir. Jangan bilang ini salah satu guru? Tapi nggak ada guru yang modelan kaya gini!" batin Lisa panik.

Saat sampai di uks, orang tersebut meletakkan Lisa perlahan di atas brankar. "Sudah sampai, buka mata kamu, saya tau kamu hanya berpura pura." suara berat itu terdengar membuat Lisa tersentak.

Dia buru buru membuka matanya dan terduduk. Merasa sedikit takut melihat orang di sampingnya, walaupun tampan tapi ekspresi nya sangat datar. "Om siapa?" Lisa memberanikan diri bertanya.

Orang di depan Lisa hanya diam menatap Lisa dalam. Sedangkan yang di tatap sudah berkeringat dingin "e-eum... Om sa-saya nanya loh ini" Lisa tiba tiba berbicara gagap seketika.

Orang itu menahan senyum melihat raut wajah panik dan takut Lisa terkesan imut dan menggemaskan. "Saya paman kamu" nada lembut terselip di ucapannya. Lisa diam, dahinya berkerut bingung. Paman katanya? Lisa kan tidak punya keluarg-- eh?! Jangan bilang dia...

"Saya Axelio Danudaksa."

Tuh kan!

Raut wajah yang tadinya terlihat bingung seketika menjadi datar. Kenapa sekarang hari hari Lisa dipenuhi dengan orang-orang dari keluarga iblis itu. Lisa menghela nafas kasar dan menatap Axel datar. "Maaf om, saya mau keluar duluan permisi." Pamitnya.

Lisa tidak ingin bersama satu ruangan dengan orang yang menyandang nama Danudaksa. Memuakkan! Mereka semua sangat memuakkan menurutnya. Lisa turun dari brankar dan mulai melangkah, namun sepersekian detik kemudian dia terpekik kaget. Axel kembali mengangkatnya dan mendudukkannya di brankar.

"Kamu mau di hukum? Jika mereka tahu kamu berpura pura saya yakin kamu akan di hukum." Ucap Axel membuat Lisa berpikir.

"Iya juga sih, tapi ya gue males banget satu ruangan sama keluarga setan itu! Kemarin Lexan, sekarang ni om om. Apes banget gue perasaan, niat ngehindar eh malah ketemu!" Batin Lisa kesal.

Pada akhirnya Lisa memutuskan untuk tetap berada di ruang UKS. Tidak ada yang berbicara, mereka berdua sibuk dengan pikiran masing masing. Sebenarnya Lisa penasaran, kenapa bisa Axel ada di sekolah ini.

"Om"

"Hm"

"Om ngapain ada di sekolah ini?" Karena rasa penasarannya yang membuncah, Lisa akhirnya memberanikan diri bertanya.

"Ada kepentingan" jawab Axel singkat. Dalam hati Lisa mendengus kesal, memang karakter di novel ini tidak ada yang tidak seperti kulkas. Rata rata seperti kulkas dan batu. Menyebalkan!

Pada akhirnya mereka memilih untuk diam. Axel mengamati wajah Lisa yang memang sangat mirip dengan asri, ibu kandung Lisa. Axel sangat menyayangkan, bagaimana kelakuan orang tua kandung Lisa. Padahal Lisa tidak memiliki kesalahan, hanya karena Asri hampir kehilangan nyawa nya saat melahirkan Lisa, mereka harus membencinya? Astaga orang tua seperti apa mereka itu?

Sungguh jika bisa, ingin rasanya Axel membawa Lisa jauh. Dari dulu dia sangat menginginkan anak perempuan, tapi Tuhan belum memberikan kesempatan itu padanya. Dan mengenai Irene, Axel tidak menyukainya. Dia akui Irene anak yang baik walaupun juga dingin, akan tetapi Axel menganggap bahwa dia sama buruknya dengan yang lain.

Bel masuk berbunyi membuat Lisa diam diam menghela nafas lega. Suasana tadi benar benar terasa sangat canggung. "Lisa mau ke kelas om. Makasih udah bantuin Lisa tadi, permisi." Pamit Lisa yang di balas anggukan dan senyum tipis Axel.

🌈🌹✨.

Waktu terus berjalan. Bel istirahat sudah berbunyi. Rose menuju kelas Lisa untuk menjemputnya sekaligus ingin bertanya bagaimana keadaannya setelah tau siapa yang mengangkatnya menuju UKS tadi.

Rose kenal orang itu. Singkat saja, siapa yang tak mengenal keluarga Danudaksa yang sangat berpengaruh itu.

"Gue yakin, si Lisa pasti terpesona sama om Axel tadi" batin Rose menebak. Pasalnya dia tau, walaupun Lisa tidak tertarik berpacaran, tapi kalau soal urusan pria tampan Lisa akan bersemangat.

Saat Rose sampai di depan kelas Lisa, dia langsung masuk. Namun langkahnya terhenti, tubuhnya membeku melihat keadaan Lisa.

"Li-lis..." Panggilnya lirih.

"I'm ok war" sahutan dengan suara bergetar membuat Rose semakin cemas.

* * * * * *

FIGURAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang