Happy Reading!
________________________"Huwaa! Lisa nggak mau!" Pekik Lisa ketika Nayla izin pulang padanya. Sedari awal Nayla datang, Lisa tidak pernah melepas dekapannya pada Nayla. Seolah, Nayla akan hilang bila tidak didekap olehnya.
"Kak Lisa. Besok Nala datang lagi kesini. Janji deh, besok Nala bawain buah gimana?" Nayla sedari tadi berusaha keras membujuk Lisa. Sangat susah baginya melepaskan diri dari Lisa barang sedetik pun.
"Nggak Nala. Nanti kalau Nala tinggalin Kak Lisa lagi gimana? Kak Lisa nggak mau," ucapnya keras kepala.
Nayla menghela nafas lelah. Dia menatap keluarga nya yang sedari tadi menahan tawa melihat wajah frustasi Nayla.
Kondisi Lisa saat ini cukup dikatakan sudah membaik. Penampilannya tidak lagi se-lusuh kemarin, dan juga wajahnya yang mulai terlihat ceria. Entah keluarga Danudaksa harus merasa senang atau kesal, pasalnya mereka kesal kenapa Lisa lebih memilih orang luar.
Mungkin mereka tidak sadar, bahwa orang luar lah yang selama ini menjadi keluarga terbaik untuk Lisa. Dari orang luar, Lisa bisa merasakan kehangatan keluarga walau hanya sedikit.
"Kak Lisa tidur aja, ya? Nala temenin deh sampe Kakak tidur," ujar Nala. Lisa mengangguk tak menolak, karena matanya mulai memberat dan tubuhnya terasa lelah.
Lisa membaringkan dirinya dan mulai memejamkan matanya sembari memeluk erat Nayla. Tak butuh waktu lama, terdengar dengkuran halus dari Lisa yang menandakan dia sudah tertidur pulas. Perlahan tapi pasti, Nayla mencoba melepaskan diri dari pelukan Lisa sana berhasil.
Dia turun dari atas brankar Lisa dan menatap seluruh keluarga Danudaksa yang ada disana. Tatapan Nayla berubah menjadi datar. Satu hal yang tidak di ketahui oleh siapapun termasuk Lisa, bahwa Nayla sangat membenci keluarga Danudaksa.
"Terimakasih kare-" Nayla menatap tajam Asri membuat ucapannya terhenti.
"Jangan pernah menyakiti Kakak ku lagi. Sudah cukup kalian tidak menganggap nya selama ini, dan jangan berlagak seperti keluarga yang perduli pada Kakakku."
Ucapan dingin Nayla membuat keluarga Danudaksa dan keluarga kandung Nayla terkejut. Aura yang di keluarkan oleh Nayla membuat mereka bergidik ngeri.
"Apa maksudmu nak?" Tanya Jhon datar.
Nayla terkekeh sinis, "jika kalian melakukan kepedulian ini hanya karena rasa bersalah dan penyesalan, maka berhentilah. Karena itu, tidak lagi berguna sama sekali," ucap Nayla sarkas membuat mereka bungkam.
Perkataan Nayla sepenuhnya adalah kebenaran. Mereka melakukan kepedulian selama ini karena rasa bersalah dan penyesalan, bukan dari hati yang tulus. Mereka hanya merasa gelisah ketika rasa bersalah dan penyesalan itu menjalar dalam hati mereka. Bukan karena ketulusan hati, hanya untuk menghilangkan rasa bersalah dan penyesalan.
"Mama, Papa, semuanya ayo kita pulang. Nayla muak disini bersama dengan orang bodoh yang tidak tahu diri."
Entah keberanian darimana Nayla berucap demikian. Tetapi Nayla hanya mengungkapkan kemarahan dalam hatinya yang selama ini terpendam. Dia memang tidak bisa melihat dulu, tetapi dia tahu jika Lisa sering sekali menangis, dan itu hanya karena satu alasan 'keluarga'.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN!
Fantasy[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] MURNI KARANGAN SENDIRI 💗 Transmigrasi jiwa? bukankah itu konyol apalagi berpindah jiwa ke dalam novel yang didalamnya diisi para manusia kulkas? Rasanya Sila ingin menangis saja. Bukan sebagai protagonis ataupun antagonis...