•30•

13.1K 1.4K 71
                                    

Ada yang kangen aku? hehe

Happy Reading!
______________________

Lisa kini berjalan di koridor sekolah dengan raut wajah datar. Di dalam pikirannya kini sedang memikirkan sesuatu rencana untuk menghentikan si pengkhianat itu.

"Lisa yang mudah di tipu sudah mati. Berani bermain api dengan ku? Heh, dia kira dia se licik itu?" batinnya tersenyum remeh.

Mencari masalah dengan Lisa yang sekarang bukan lah hal yang baik. Mungkin Lisa yang dulu akan mudah tertipu, akan tetapi sekarang dia tidak sebodoh itu lagi.

Dia terus berjalan dengan aura dingin yang membuat semua orang segan hanya untuk sekedar menyapanya. Lisa yang ceria sudah hilang sejak lama, bukan keinginannya. Namun, keadaan yang memaksanya untuk seperti itu.

"Lili!"

Lisa menghentikan langkahnya dan berbalik. Disana dia mendapati Ayra berlari kearahnya, di belakangnya ada beberapa orang yang dulu mungkin sebagai musuhnya. Lisa tersenyum tipis, Ayra adalah sosok yang lugu. Walaupun dia sempat kecewa pada Ayra, namun tak dapat di pungkiri dia tidak bisa menghindari nya.

"Permen," ucap Ayra sembari mengadahkan tangannya saat sudah sampai di hadapan Lisa.

Lisa merogoh saku almamater nya dan memberikan satu permen tangkai stroberi kesukaan Ayra. Ayra tersenyum manis dan menerima permen tangkai itu.

"Buat gue gak ada nih?" Tanya Rose dengan nada kesal. Lisa terkekeh kecil dan menggeleng membuat Rose memajukan bibirnya.

"Ga cocok. Lo kayak bebek kalo gitu," celetuk Lisa membuat yang lain tertawa renyah dan Rose yang semakin kesal.

Lisa menatap mereka satu persatu dengan tatapan yang sulit di artikan. Tak bisa di pungkiri hatinya sakit saat tahu salah satu dari mereka mengkhianati dirinya. Namun, apa yang bisa dia perbuat selain melawan. Diam dan kecewa hanya akan menjadi tindakan yang sia sia.

"Gue duluan," ucap Lisa dan berlalu meninggalkan mereka yang menatap Lisa bingung.

"Tumben, biasanya bareng," celetuk Soya.

"Mungkin Lisa buru buru," sahut Shena. Sejak saat kemarin Shena tiba-tiba menjadi sangat pendiam dan berubah. Tidak seperti dulu yang sangat menggelikan. Sekarang dia terlihat lebih kalem dan dewasa.

Perubahan Shena tentu dia respon baik oleh yang lainnya. Shena mulai sadar akan kesalahan yang dia lakukan dan dia sadar dendamnya selama ini bukanlah hal yang benar.

Mereka akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelas. Namun, salah satu dari mereka memisahkan diri dan menuju toilet. Sesampainya di toilet, dia merogoh saku jaketnya mengeluarkan ponsel untuk menghubungi seseorang.

"Bagaimana?" Tanyanya tanpa basa basi.

"..."

"Bagus. Jangan sampai gagal dan pastikan dia malu," ucapnya dengan seringaian.

"..."

"Ok. Jika gagal, kepalamu yang akan menjadi taruhannya."

Tut...

Dia mematikan sambungan telepon itu dengan senyum puas. Sebentar lagi permainan yang dia rencakan akan di mulai. Penderitaan orang itu akan segera dia saksikan lagi.

FIGURAN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang