Ayo dulu absen pake emot 🤍.HAPPY READING
o00oLisa berjalan menuju kelasnya. Namun tiba tiba ada yang menarik tangannya kasar atau lebih tepatnya menyeret Lisa. "Eh! Lepasin woy sakit nih!" Lisa berusaha memberontak namun orang tersebut menulikan pendengarannya dan terus menarik Lisa pergi.
Orang itu membawa Lisa ke taman belakang dan menghempaskan tangan Lisa kasar. "Aduh! Merah kan nih! Lo apa apaan sih hah?!!" Murka Lisa.
"Lisa! Kamu udah keterlaluan tau ga sih?! Bisa bisanya kamu sampai sekarang nggak ngerasa bersalah?!" Orang itu yang tak lain dan tak bukan adalah Sena juga murka. Wajahnya memerah dan matanya berkaca kaca.
Lisa memasang raut bingungnya. Ada apa dengan Shena? Apakah dia salah minum obat pikir Lisa. "Lo kenapa? Ngerasa bersalah? Emang gue lakuin kesalahan apa? Jangan drama Shen, gue lagi ga hapal skenarionya jadi jangan drama deh ya" ucap Lisa malas.
"LISA!! PEMBUNUH!! KAMU PEMBUNUH TAU NGGAK!! DAN SAMPAI SEKARANG KAMU MASIH BISA KETAWA SANA SINI SETELAH SEMUA YANG KAMU LAKUIN?!! "
"Aku enggak nyangka. Kamu emang bener bener iblis Lisa." Shena berkata lirih di akhir kata.
Lisa benar benar linglung sekarang. Hey ada apa dengan orang di depannya ini? Sungguh Lisa tidak tau apa apa. Pembunuh katanya? Melihat darah saja Lisa sangat takut, bagaimana bisa dia membunuh?
"Jangan ngomong aneh aneh lo Shen. Pembunuh kata lo? Gue rasa otak Lo lagi korslet, kita gapernah kenal dekat dan darimana Lo tau gue ngebunuh orang? Waras mbak?" Lisa rasanya ingin meninju wajah Shena sekarang.
Wajah Shena semakin memerah, tangannya terkepal kuat dan air matanya yang mengalir deras menandakan amarahnya yang benar benar akan meledak. Melihat itu, Lisa yakin ada satu masalah tersembunyi yang belum ada di ingatannya. Dia tau, saat ini Shena sedang tidak berdrama.
"BERHENTI BERPURA-PURA LISA! KAMU MAU NGELAK DARI KESALAHAN KAMU DULU?! AKU UDAH CARI KAMU KEMANA MANA DAN SEKARANG AKU BARU BISA KETEMU KAMU. AKU UDAH LAKUIN SEGALA CARA BIAR KAMU MENDERITA DI SEKOLAH INI TAPI NYATANYA NGGA BISA!!" Teriak Shena keras.
Shena mengarahkan telunjuknya ke wajah Lisa "Kamu! Kamu udah bunuh adik aku Lisa! Kamu udah bunuh Deo! Deo Sbastian. Kamu mau pura pura lupa lagi?!" Perkataan Shena mampu membuat Lisa terkejut bukan main. Deo? Namanya tidak asing tapi Lisa benar benar tidak ingat siapa Deo.
"Deo? Siapa?"
PLAK!
Shena menampar Lisa keras hingga ujung bibirnya berdarah karena sedikit robek. Lisa menoleh ke Shena yang menatapnya dengan tajam dan nafas yang memburu. "Berhenti berpura pura kataku Lisa! Kamu emang bener bener gatau diri dasar iblis! Bisa bisanya kamu tanya sama aku siapa Deo? Lisa! Selama ini aku udah cukup sabar cari kamu kemana mana dan saat aku ketemu kamu..." Shena mengikis jaraknya dengan Lisa "... Aku lihat kamu begitu bahagia. Kamu bisa ketawa sana sini, kamu bisa senyum sana sini bahkan kamu dapat hadiah dari banyak orang karena kemenangan yang kamu raih. Setelah bunuh adik aku kamu masih bisa sebahagia itu? DIAMANA OTAK KAMU?!"
Dugh!
Shena menendang kuat perut Lisa membuatnya terpental dan kepalanya terbentur kursi taman. "Sshh.." Lisa meringis pelan merasakan sakit di kepalanya yang mulai mengeluarkan banyak darah segar hingga menetes ke baju putih seragam nya.
Shena menghampiri Lisa dan berjongkok menyamakan tingginya dengan Lisa yang terduduk. Shena menarik kuat rambut Lisa hingga membuat Lisa meringis kesakitan.
"Kamu nggak tau sehancur apa aku waktu kamu bunuh adik aku Lisa. Kamu nggak tahu beban yang aku tanggung waktu adik aku mati. Setelah ini, aku nggak akan biarin kamu hidup tenang, dan kalau bisa nyawa di balas nyawa. Ingat itu Lisa." Ucap Shena penuh penekanan.
Setelah mengatakan itu, Shena melepaskan tarikannya pada rambut Lisa kasar membuat kepala Lisa terhempas dan terbentur kursi lagi.
Shena pergi dari sana meninggalkan Lisa yang sudah sangat kacau.Bukannya tidak bisa melawan, entah kenapa Lisa merasa pantas mendapat ini semua. Mendengar nama Deo, hati Lisa merasakan ras bersalah yang besar dan dalam seolah dia memang bersalah. Lisa ingin melawan perlakuan Shena tadi, namun respon tubuh nya tidak sejalan dengan pikirannya. Seolah tubuh dan hatinya menerima luka itu sebagai sebuah hukuman dari sebuah kesalahan.
"Tian..." Gumam lirih Lisa tanpa sadar, dia tidak tau mengapa dia tiba tiba bergumam seperti itu. Dengan hal ini Lisa bisa menarik satu kesimpulan.
Deo Sbastian pasti berharga untuk seorang Lalisa.
Namun kenapa? Apa yang terjadi dulu hingga Shena mengatakan bahwa dia pembunuh? Apakah memang benar dia yang membunuh Deo? Namun Lisa rasa itu tidak mungkin.
Lisa menghela nafas kasar. Dia mendongak menatap awan mendung seolah sang awan juga merasakan kesedihan itu. "Tuhan ini adil? Udahan ya, Lisa capek. Lisa nggak kuat, rasanya bener bener ngga sanggup lagi. Lisa cuman mau gapai cita cita Lisa, tapi kenapa semuanya terasa serumit ini?"
Melelahkan. Bolehkah Lisa menyerah saja sekarang? Tapi dia ingin membuat orang orang tersayangnya bangga padanya. Jika pun dia tetap bertahan, entah badai seperti apa lagi yang akan dia hadapi nantinya.
Melelahkan, sungguh sangat sangat melelahkan. Kapan dia bisa bahagia?
Pertanyaan itu akan selalu terputar di kelapanya. Menanyakan nya di dalam doa yang dia sampaikan kepada sang pencipta setiap harinya, akan tetapi tidak pernah menemukan jawabannya.
Lisa menghapus air matanya "Lisa anak kuat, nggak boleh nangis nanti Nayla sama bunda marah" monolognya dan mulai tersenyum hangat, senyum khas seorang Lalisa Ayumi.
"Orang gaboleh liat Lisa nangis. Senyum Lisa cantik, air mata Lisa jelek, jadi Lisa harus senyum terus biar cantik" kata penyemangat yang dia ucapkan untuk dirinya sendiri.
Itulah hebatnya seorang Lisa. Sekuat apapun mentalnya terluka, sedalam apapun luka fisiknya tetapi senyumnya tidak akan pernah hilang. Lisa yakin, suatu saat nanti dia akan dipertemukan dengan kebahagiaan. Ya semoga.
TBC.
HAI APA KABAR?
HUFT! MAAF UPNYA NGGA SESUAI JANJI DAN UNTUK SEKARANG NGGA BISA TRIPLE UP!
tata baru sembuh ges, harap maklum ya:)
SPAM NEXT DISINI 👉
SAMPAI JUMPA DI CHAP SELANJUTNYA!!
PAIPAI PREN!
TEKAN VOTE NYA YA!!
LOPYU PREN!
♡♡.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN!
Fantasy[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] MURNI KARANGAN SENDIRI 💗 Transmigrasi jiwa? bukankah itu konyol apalagi berpindah jiwa ke dalam novel yang didalamnya diisi para manusia kulkas? Rasanya Sila ingin menangis saja. Bukan sebagai protagonis ataupun antagonis...