Hai!
Tata balik ehe.
Maaf banget ya bikin kalian nunggu lama🌻.Tandai typo!
Happy Reading!
______________________Ada kalanya seseorang menyerah. Ada saatnya seseorang berada di titik terendah dalam hidupnya. Bagi sebagian orang, takdir selalu membawa keberuntungan. Namun, bagi sebagiannya lagi takdir adalah hal paling menakutkan, hal yang membuat mereka jatuh ke dalam kegelapan.
Bagaimana menurut kalian? Apakah takdir dalam hidup kalian membawa keberuntungan? Atau bahkan menjatuhkan kalian ke dalam kegelapan?
Nyatanya, hidup seperti roda yang berputar. Tidak selamanya kalian berada di putaran atas atau bahkan putaran bawah. Itulah jalan kehidupan yang sebenarnya.
Bedanya adalah, banyak orang yang terlalu sombong ketika berada di putaran ter-atas. Lalu orang yang berada di putaran ter-bawah? Kebanyakan mereka memilih menyerah daripada bertahan. Alasannya klise, 'mereka lelah dan tidak sanggup.'
Hal itu terjadi pada Lisa, hanya saja dia masih belum memilih menyerah.
Tatapan mata itu kosong, tidak ada tatapan binar kehidupan di dalam matanya. Raga itu ada, namun jiwanya seolah hilang di telan kegelapan.Bukankah takdirnya begitu kejam? Atau dia saja yang belum kuat untuk bertahan?
"Lisa." Suara lembut Asri mengalun lembut di dalam ruangan itu. Sudah kesekian kalinya dia memanggil Lisa, namun tidak ada respon sama sekali.
Keluarga Danudaksa yang ada di dalam ruangan itu semakin khawatir, sejak tadi Lisa tidak pernah merespon panggilan mereka. Dia lebih memilih menunduk dengan tatapan kosongnya, menggenggam dan sesekali mengelus dua gelang hitam dan dua jepit rambut yang indah.
Entah apa yang ada dalam pikirannya. Air matanya jatuh kembali, namun tatapan mata itu sama, kosong dan hampa.
Keluarga Danudaksa menghela nafas lelah, sebegitu kehilangannya kah Lisa hingga seperti ini?
Tanpa mereka ketahui, bahwa keadaan Lisa saat ini merupakan puncak dari rasa sakit batin yang dia pendam selama ini. Luapan rasa sakit yang di rasakan Lisa sedari dulu, hingga membuatnya seperti ini.
"Sayang, makan dulu ya? Kamu belum makan dari tadi pagi," ucap Shinta mami Lisa yang kini berusaha membujuknya. Namun tidak ada respon yang Shinta terima.
Para lelaki Danudaksa sedikit geram. Mereka sebenarnya tidak suka keluarga mereka diabaikan, hanya saja demi kesembuhan dan rasa bersalah yang menyeruak, mereka menekan rasa geram itu.
"Bisa pergi?" Ucap Lisa lirih, yang terdengar seperti bisikan tanpa menatap mereka.
"Makan dulu ya sayang? Mommy suapin mau?" Tawar Asri yang di balas gelengan lemah oleh Lisa.
"Kalau kalian gak mau pergi gak pa-pa, tapi jangan ganggu Lisa. Berisik tau gak," ucap Lisa membuat mereka diam.
Keadaan Lisa semakin memburuk baik dari segi fisik atau mental. Bukan berarti Lisa gila, hanya saja gairah hidupnya sudah tidak ada lagi. Tubuh ringkih itu terlihat sangat rapuh dan lemah, wajah yang sayu dengan mata yang selalu sembab. Lisa juga tidak tahu kenapa air matanya selalu jatuh tanpa dia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN!
Fantasy[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] MURNI KARANGAN SENDIRI 💗 Transmigrasi jiwa? bukankah itu konyol apalagi berpindah jiwa ke dalam novel yang didalamnya diisi para manusia kulkas? Rasanya Sila ingin menangis saja. Bukan sebagai protagonis ataupun antagonis...