Suara sirine ambulance menggema di pelataran depan ruang transit IGD. Bankar pasien segera di bawa ke dalam ruang IGD diikuti dengan seorang perempuan yang masih memakai snelinya dengan raut khawatir.
Dengan sigap petugas medis yang membawa pasien tersebut menyebutkan kondisi yang terjadi dan penangan apa saja yang sudah diberikan kepada dokter jaga IGD.
Ditengah-tengah penilaian triase itu, Kaylin menyela ucapan petugas medis tersebut, "Don cepat bawa Mas Jo ke ruang resusitasi kondisi Mas Jo gawat darurat tadi indikasi serangan jantung dan sempat henti jantung selama 2 menit."
"Kay???" Doni kaget dengan kedatangan Kaylin ia tidak menyadari bahwa pasien ini datang bersama Kaylin. Mas Jo? Bukankah itu suami Kaylin? Doni tidak begitu hapal muka suami temannya itu karena baru bertemu sekali ketika acara pernikahan saja. Segera menghalau berbagai macam pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Paham dengan maksud Kaylin ia segera membawa Jonathan ke ruang resusitasi dan segera melakukan tindakan untuk memastikan suami sahabatnya itu dalam kondisi stabil.
Kaylin berdiri mematung di depan ruangan resusitasi, ia sudah tidak sanggup lagi melihat keadaan terburuk suaminya. Batas profesionalisme Kaylin sudah tidak mampu lagi, sehingga ia lebih memilih untuk tidak masuk ke dalam. Karena jika ia melihat kondisi Jonathan yang tambah memburuk ia tidak bisa membayangkan bahwa mungkin saja ia tidak bisa berpikir secara rasional lagi.
Melihat kondisi Nyonyanya yang bergetar dan tertunduk lemas, Anton dengan sigap menuntunnya untuk duduk di kursi ruang tunggu keluarga pasien. Kaylin seperti orang linglung sehingga ia menurut saja ketika dibawa oleh Anton.
Tak berselang lama Cecil dan Ajeng datang dengan raut khawatir ketika melihat kondisi Kaylin.
Cecil langsung memeluk Kaylin, "Kay.... ini Mamih... are you okay??" Kedua tangan cecil kemudian menangkupkan wajah Kaylin agar Kaylin bisa bertatapan dengan dirinya.
Tersadar akan lamunannya... "Mamihhh.....Mas Jo..... Mas Jo hampir ninggalin Kaylin..... Mas Jo hampir pergi..... tadi kalau Kaylin ga ada Mas Jo bisa aja pergi.... Mamih, Mas Jo pasti sekarang baik-baik saja kan? Tadi Kaylin berhasil menyelamatkan Mas Jo... Tapii...--"
"Ssstt.. Mantu tersayang Mamih, denger Mamih! Jonathan akan baik-baik saja dan ga akan pergi kemana-mana. Mantu Mamih hebat banget berhasil bawa kembali Jonathan..." Ucap Cecil dengan nada bergetar menahan air matanya. Ia tidak sanggup melihat keadaan putranya dan mantunya, namun untuk sekarang ia tidak boleh terlihat lemah di depan Kaylin karena hal ini bisa menambah Kaylin histeris.
"Huek..huek...huek..."
Setelah menangis di depan Cecil, Kaylin tiba-tiba mual."Kay? Yuk kamu istirahat dulu mau Mama anter pulang?" Tanya Ajeng khawatir.
"Engga Ma, Kaylin disini te--,"
"Tapi badanmu sudah lelah Kay, Jonathan pasti akan lebih sedih lagi kalau kamu nanti sakit juga," sela Cecil.
Tidak menjawab ucapan Cecil, Kaylin tersenyum tipis sambil mengelus perutnya, "kita tunggu Papi bersama ya nak."
Cecil dan Ajeng mulai mencerna apa maksud Kaylin, mereka kemudian secara bersamaan memeluk Kaylin sambil meneteskan air mata. Entahlah apakah ini air mata bahagia atau air mata kesedihan, yang terpenting bagi mereka sekarang hanya berharap agar Sang Kuasa selalu melindungi keluarga kecil ini tanpa adanya raut kesedihan lagi.
10 menit berlalu Doni keluar dari ruangan tempat Jonathan berada.
Kaylin bergegas menghampiri Doni, "gimana Don? Ga ada komplikasi kan?"
Doni tersenyum, "aman Kay, tapi-"
"Tapi kenapa?" Sela Kaylin.
"Kay dengerin penjelasanku sampai akhir ya jangan kamu intrupsi dulu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of Jo
ChickLit"Kamu satu-satunya alasan aku bisa bertahan dari trauma yang amat menyiksa ini." - Jonathan Zafran Louis ___________________ "Heh kok tiba- tiba ngelamar! Kamu siapa , mengapa, bagaimana, kenapa bisa?" - Kaylin Bestari N. Sidiq